adf.ly

Sabtu, 30 April 2011

MAKALAH ASUHAN KEHAMILAN LEWAT WAKTU

BAB I

PENDAHULUAN

Lamanya kehamilan normal adalah sekitar 37-42 minggu, dan tanggal perkiraan persalinan adalah saat mencapai 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama periode menstruasi terakhir. Hamil cukup bulan (atterm)= 40 minggu jika penghitungan dilakukan dari hari pertama haid terakhir = HPHT (Last Menstrual Periode =LMP) atau 38 minggu jika didasarkan ovulasi ((EDC). Waktu ovulasi tidak selalu sama pada setiap wanita, maka secara praktikal dipakai cara yang pertama (Cukup bulan = 40 minggu = 280 hari). Hamil dikatakan lewat waktu jika sudah mencapai 42 minggu atau 294 hari

Kehamilan postterm, juga disebut kehamilan lewat waktu, adalah kehamilan yang telah melampaui 42 minggu dari hari pertama periode menstruasi terakhir. Jumlah kejadiannya sekitar 10 persen dari kehamilan

Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Kehamilan lewat waktu juga biasa disebut serotinus atau postterm pregnancy, yaitu kehamilan yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu atau 294 hari .

Menurut standar internasional dari American College of Obstetricians and Gynocologist (1997), kehamilan jangka panjang atau prolonged pregnancy ialah kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu lengkap 42 minggu (294 hari) atau lebih, yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Yang dimaksud lengkap 42 minggu ialah 41 minggu 7 hari, jika 41 minggu 6 hari belum bisa dikatakan lengkap 42 minggu2. Kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu >40 minggu sampai dengan 42 minggu disebut kehamilan lewat tanggal atau postdate pregnancy.

clip_image002[11]

clip_image002[15]

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A. Definisi

Kehamilan lewat bulan (serotinus) ialah kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT), dimana usia kehamilannya telah melebihi 42 minggu (>294 hari).

B. Insiden

Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5-14%. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 -7 %. Variasi insiden postterm berkisar antara 2-31,37%.

C. Etiologi

Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim sulfatase plasenta).

Menurut dr. Bambang Fadjar, SpOG dari Rumah Sakit Asih, Jakarta Selatan, penyebab kehamilan lewat waktu adalah kelainan pada janin sehingga tidak ada kontraksi dari janin untuk memulai proses persalinan. Kelainan janin tersebut antara lain anensephalus, hipoplasia, kelenjar supra renal janin, dan janin tidak memiliki kelenjar hipofisa, kelainan pada plasenta yang berupa tali pusar pendek dan kelainan letak kehamilan. Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut:

  • Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
  • Tidak diketahui.
  • Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
  • Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang terjadi.
  • Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
  • Faktor genetik juga dapat memainkan peran.

Jumlah kehamilan atau persalinan sebelumnya dan usia juga ikut mempengaruhi terjadinya kehamilan lewat waktu. Bahkan, ras juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehamilan lewat waktu. Data menunjukkan, ras kulit putih lebih sering mengalami kehamilan lewat waktu ketimbang yang berkulit hitam.

Di samping itu faktor obstetrik pun ikut berpengaruh. Umpamanya, pemeriksaan kehamilan yang terlambat atau tidak adekuat (cukup), kehamilan sebelumnya yang lewat waktu, perdarahan pada trisemester pertama kehamilan, jenis kelamin janin (janin laki-laki lebih sering menyebabkan kehamilan lewat waktu ketimbang janin perempuan), dan cacat bawaan janin.

D. Resiko

Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm1. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat.

Pada saat janin lahir dapat terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik.

Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.

E. Diagnosis

Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Naegele setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang dan gerakan janin yang jarang.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan lewat waktu, antara lain :

  1. HPHT jelas.
  2. Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu.
  3. Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler, dan 19-20 minggu dengan fetoskop).
  4. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu.
  5. Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.

Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester pertama, maka hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan

yang sesaat setelah trimester III sukar untuk memastikan usia kehamilan. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan penilaian biometrik janin pada trimester I kehamilan dengan USG. Penyimpangan pada tes biometrik ini hanya lebih atau kurang satu minggu.

Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20%) mempunyai sensitifitas 75% dan tes tanpa tekanan dengan KTG mempunyai spesifisitas 100% dalam menentukan adanya disfungsi janin plasenta atau postterm. Kematangan serviks tidak bisa dipakai untuk menentukan usia kehamilan. Tanda kehamilan lewat waktu yang dijumpai pada bayi dibagi atas tiga stadium1:

  1. Stadium I. Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
  2. Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
  3. Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan keadaan janin dapat dilakukan :

  1. Tes tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang positif, meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan keadaan postmatur.
  2. Gerakan janin. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/ 20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.
  3. Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami resiko 33% asfiksia.

F. Penatalaksanaan

Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic score=PS). Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain:

1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.

2. Induksi dengan oksitosin.

3. Bedah seksio sesaria.

Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga harus dilakukan sebelumnya.

Ø Bila nilai pelvis >8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

Ø Bila PS >5, dapat dilakukan drip oksitosin.

Ø Bila PS <5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian lakukan pengukuran PS lagi.

Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan oksitosin 5 IU. Sebelum dilakukan induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinnya dengan alat KTG, serta diukur skor pelvisnya. Jika keadaan janin baik dan skor pelvis >5, maka induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi persalinan dilakukan dengan oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%. Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama pemberian infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his adekuat belum muncul, dapat diberikan infus drip oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria.

Pada pelaksanaan di RSU Mataram, kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan tanda-tanda inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko kehamilan dapat diminimalis.

G. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.

Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.

 

BAB III

PENUTUP

Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Kehamilan lewat waktu juga biasa disebut serotinus atau postterm pregnancy, yaitu kehamilan yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu atau 294 hari.

Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim sulfatase plasenta).

Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Dalam Ilmu Kebidanan hal. 317. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.

2. Cunningham FG et al. Postterm Pregnancy. Williams Obstetric, 22st ed. Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.

3. Krisnadi, Sofie Rifayani. Kehamilan Lewat Waktu. Accessed: http://pikiran-rakyat.com.

4. Fadjar, Bambang. Bayi Berukuran Besar dan Tali Pusar Pendek Bisa Sebabkan Kehamilan Lewat Waktu. Tabloid Mom & Kiddie, edisi 09/th II/7-30 desember 2007.

5. Mansjoer Arif, et al. Induksi persalinan. Dalam kapita selekta kedokteran ed.3 cet.1 hal. 300. Media Aesculapius, Jakarta. 2000.

6. Fouda Ashraf. Prolonged Pregnancy. Damietta specialized hospital. 2006.

7. Chan, L.G. Post-Maturity. The Bulletin of Hongkong Chinese Medical Association. Department of Obstetrics & Gynaecology, University of Hongkong.

8. Mochtar, Rustam. Postmatur. Dalam: Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi ed.2. EGC:Jakarta. 1998.

9. Karkata, M. K., dkk. Kehamilan Postterm. Dalam: Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD, RS Sanglah, Denpasar. 2003.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

MAKALAH OKSITOSIN PELANCAR KEHAMILAN

Latar Belakang

Dewasa ini ilmu kebidanan sangat berkembang pesat, seiring dengan itu kualitas pelayanan kepada ibu hamil, persalinan dan nifas juga sangat membanggakan. Kehidupan janin didalam rahim pun menjadi kajian yang berkembang pesat dimana janin sudah dijadikan sebagai pasien/ klien tersendiri yang sangat menentukan apakah janin tetap dipertahankan dalam kehidupan dalam rahim ataukah harus hidup diluar rahim yang berarti harus dilahirkan. Apabila janin diputuskan harus dilahirkan maka kita akan dihadapkan pada masalah induksi persalinan dimana saat ini pemakaian oksitosin sebagai induksi persalinan sangat banyak digunakan.

Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu penyebab kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita Indonesia. Berbagai kebijakan telah dicanangkan antara lain Gerakan Sayang Ibu maupun Making Pregnancy Saver yang salah satu pesan kuncinya adalah penanganan masalah kegawat daruratan kebidanan dimana salah satu focus gerakannya adalah pencegahan dan penanganan perdarahan pasca persalianan. Untuk pencegahan perdarahan pasca persalinan saat ini setiap petugas kesehatan dituntut harus melaksanankan asuhan persalinan normal dengan salah satu terobosan adalah penatalaksanaan aktif kala tiga dimana penggunaan oksitosin secara tepat guna harus diterapkan.

Baik dalam hal induksi persalinan, maupun masalah pencegahan dan penanganan perdaran pasca persalinan sangat berkaitan dengan penggunaan oksitosin. Setiap petugas kesehatan yang menangani masalah ini dituntut mempunyai pengetahuan memadai tentang oksitosin, baik tentang cara kerjanya, cara pemberianya maupun tentang efek yang tidak diinginkan.

Rumusan Masalah

  1. Pengertian Oksitosin
  2. Bagaimana Oksitosin dikeluarkan?
  3. Bagaimana Mekanisme Kerja Oksitosin ?
  4. Oksitosin sintetik
  5. Efek samping oksitosin
  6. Stimulasi uterus dengan oksitosin pada persalinan hipotonik
  7. Teknik Pemberian Oksitosin Intravena

 

Tujuan penulisan

Memberikan pengetahuan yang memadai kepada para petugas kesehatan khususnya para bidan terutama yang berkaitan dengan efek yang ditimbulkan yang berkaitan dengan rumus biokimia oksitosin dan cara kerja yang berkaitan dengan reseptor terutama yang berkaitan dengan kepekaan sel-sel otot rahim terhadap oksitosin.

PEMBAHASAN

 

Pengertian Oksitosin

Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI dari kelenjar mammae.

Bagaimana Oksitosin dikeluarkan ?

Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.

Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:

a. Persalinan

b. Stimulasi serviks, vagina dan payudara

c. Estrogen yang beredar dalam darah

d. Peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma

e. Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah

f. Stress, stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi pengeluaran ASI

Pelepasan oksitosin disupresi oleh:

a. Alkohol

b. Relaksin

c. Penurunan osmolalitas/konsentrasi plasma

d. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah

Bagaimana Mekanisme Kerja Oksitosin ?

Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin Dengan dosis beberapa miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga seakan-akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-duanya.

Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih belum diketahui. Pengaruh hormonal memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi persalinan.

Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk memperlancar persalinan, tetapi tidak akan memulai persalinan kecuali kehamilan sudah aterm. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting.

Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi ASI.

Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progester6n dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan awal laktasi sebelum persalinan. Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia.

Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana diperlihatkan dibawah ini:

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Arginin Vasopresin

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Lys -Gly-NH2 : Lisin Vasopresin

Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Oksitosin

Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan S—S. Sebagian besar binatang menpunyai Arginin Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih.

Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa elektrolit dalam volume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin im dengan dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian cairan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan hormon ADH memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih. Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam darah.

Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada sistein dengan ujung terminal –amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida pada aspa-ragin, glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau subtitusi gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada aktivitas anti diuretika hormon oksitosin.

Pada pembuluh darah . Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena vasodilatasi. Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan jiwa seorang ibu bila sebelumnya sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara intravena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer, dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular.

Oksitosin sintetik

Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus. Oksitosin dapat diberikan intramuskular, intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja satu menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah pemberian . Waktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin diberikan itravena maka waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40 menit setelah pemberian

Efek samping oksitosin

Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

a. Stimulasi berlebih pada uterus

b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat

c. Kerja anti diuretika

d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )

e. Mual

f. Reaksi hipersensitif

Stimulasi uterus dengan oksitosin pada persalinan hipotonik

Perlu diperhatikan dulu apakah jalan lahir cukup luas untuk ukuran kepala janin dan apakah kepala janin juga dalam posisi fleksi yang baik, sehingga diameter yang terkecil kepala janin yang akan menyesuaikan dengan jalan lahir ( diameter biparietal dan suboccipitobregmatika ). Suatu kesempitan panggul adalah tidak mungkin bila semua criteria dibawah ini kita jumpai:

a. Konjugata diagonalis normal

b. Bila dinding lateral panggul sejajar

c. Spina ischiadika tidak menonjol

d. Sakrum tidak mendatar

e. Arkus pubis tidak sempit

f. Bagian terendah janin adalah oksiput

g. Bila dilakukan dorongan pada fundus maka kepala janin akan turun melewati pintu atas panggul

Jika kriteria diatas tidak dipenuhi, ,maka pilihannya adalah seksio sesaria. Bila dipergunakan oksitosin, maka harus dilakukan pengawasan ketat terhadap denyut jantung janin dan pola kontraksi uterus, frekuensi, intensitas, lamanya, dan waktu relaksasi serta hubungannya dengan denyut jantung janin diamati secara ketat. Bila denyut jantung tidak diawasi terus menerus, maka penting sekali untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin segera setelah kontraksi uterus, dan tidak harus menunggu satu menit atau lebih.

Teknik Pemberian Oksitosin Intravena

Sepuluh unit oksitosin dilarutkan dalam satu liter cairan, biasanya diberikan glukosa 5% dalam air, atau lebih baik dipakai suatu larutan garam berimbang. Larutan yang lebih encer dapat disiapkan dengan melipatkan jumlah cairan atau mempergunakan setengah jumlah oksitosin. Meskipun oleh beberapa penulis dinyatakan bahwa larutan yang lebih encer juga efektif, tetapi larutan ( 10 U dalam 1 liter ) adalah mudah dipersiapkan, aman, efektif, dan mungkin paling sedikit memberikan keraguan dalam mempersiapkan dan pemberiannya. Dengan larutan oksitosin 10 mU/ ml, maka aliran rata-rata mudah dikalkulasi. Dianjurkan menggunakan sistim pompa infus yang konstan, yang akan meningkatkan ketelitian dosis yang diberikan, terutama dalam dosis rendah.

Jarum yang mempunyai penutup-aliran dimasukkan ke dalam vena di lengan, atau lebih baik melaui infus intravena yang sudah terpasang dan berfungsi baik, dan tetesan mulai di berikan tidak lebih dari 1 mU tiap menit. ( Seitchik dan Castillo, 1982 ). Untuk meningkatkan persalinan akibat murni suatu disfungsi uterus hipotonik, jumlah oksitosin tersebut tidak akan menyebabkan tetania uteri, walaupun pada suatu saat harus siap sewaktu-waktu menghentikan tetesan pada keadaan dimana uterus sangat sensitive terhadap oksitosin. Aliran dinaikkan secara sangat bertahap, dengan waktu tidak lebih dari 30 menit untuk mendapatkan tidak lebih dari 10 mU tiap menit, seperti yang dianjurkan oleh Seitchik dan Castillo(1981,1983a,1983b). Untuk pengobatan disfungsi uterus, rata-rata dosis yang dibutuhkan jarang melampaui dosis tersebut. Untuk induksi persalinan, jika diberikan dengan tetesan rata-rata 30-40 mU tiap menit tidak dapat menimbulkan kontraksi uterus yang memuaskan, maka tetesan yang lebih besarpun tidak mungkin akan berhasil.

Selama infus oksitosin dilaksanakan ibu tidak boleh dibiarkan sendirian. Kontraksi uterus diawasi terus-menerus dan tetesan segera dihentikan bila dijumpai kontraksi uterus yang lamanya melebihi 1 menit atau bila diselerasi denyut jantung janin yang bermakna. Bila salah satu hal tersebut terjadi, tetesan harus segera dihentikan dan biasanya terjadi perbaikan gangguan tersebut, serta mencegah bahaya pada ibu dan janin. Kosentrasi oksitosin dalam plasma cepat menurun, karena waktu-paruh oksitosin rata-rata kurang dari 3 menit.

Harus selalu diingat bahwa oksitosin mempunyai pengaruh antidiuretik yang kuat. Pada pemberian oksitosin 20 mU atau lebih tiap menit, klirens air –bebas oleh ginjal (free water clearance) menurun secara nyata. Jika cairan mengandung air (aqueous fluids), terutama dextrose dalam air, diberikan dalam jumlah cukup besar dan lama, bersamaan dengan oksitosin, terdapat kemungkinan untuk terjadi intoksikasi air yang merupakan penyebab terjadinya kejang, coma, dan malahan kematian.

Diparkland Memorial Hospital, bila menggunakan oksitosin pada uterus yang hipotonus, maka dilaksanakan persyaratan umum berikut :

a. Wanita harus sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa proses persalinan benar-benar telah terjadi, bukan suatu persalinan palsu atau persalinan prodromal. Satu-satunya tanda persalinan, adalah terjadinya pendataran serviks yang progresif dan pembukaan serviks. Walaupun proses itu dapat terhenti, tetapi pembukaan servik paling tidak sudah mencapai 3 cm. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh seseorang pakar obstetrik adalah mencoba melakukan perangsangan persalinan, sebelum wanita tersebut mengalami persalinan aktif.

b. Harus tidak ada factor-faktor obstruksi mekanik sehingga jalannya persalinan aman.

c.Penggunaan oksitosin umumnya dihindarkan pada kasus-kasus dengan presentasi janin abnormal dan regangan uterus yang berlebihan seperti pada hidramnion, janin tunggal yang besar, atau kehamilan multiple.

d. Wanita dengan paritas tinggi (lebih dari 5), pada umumnya tidak diberi oksitosin karena mudah mengalami ruptura uteri dibandingkan dengan wanita paritas rendah. Demikian pula dengan wanita dengan cacat uterus, penggunaan oksitosin ditangguhkan.

e. Keadaan janin harus baik, yang dibuktikan dengan pemeriksaan denyut jantung janin dan tidak adanya mekonium yang kental dalam cairan amnion. Tentu saja pada janin yang mati tidak ada kontra indikasi untuk memberikan oksitosin, kecuali bila jelas terdapat disproporsi fetopelvik atau letak lintang.

f. Ahli obstetrik harus memperhatikan kontraksi pertama setelah pemberian obat tersebut dan siap menghentikan pemberiannya bila terjadi tetania uteri. Merupakan keharusan untuk menghindarkan suatu hiperstimulasi. Frekuensi, intensitas, dan lamanya kontraksi, serta tonus uterus antara kontraksi tidak boleh melebihi seperti apa yang terjadi pada persalinan spontan yang normal.

g. Pola denyut jantung janin dan kontraksi uterus dievaluasi berulang-ulang. Untuk itu dianjurkan melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap denyut jantung janin dan kontraksi uterus.

Oksitosin merupakan obat yang kuat, obat tersebut dapat membunuh dan membuat cacat ibu dengan terjadinya ruptura uteri, dan malahan menyebabkan lebih banyak kematian dan cacat janin akibat hipoksia yang disebabkan oleh kontraksi uterus yang sangat hipertonik. Tetapi pemberian oksitosin intravena pada berbagai publikasi terbukti jelas memberikan keuntungan, karena keefektifan maupun keamanannya. Kegagalan mengobati disfungsi uterus menyebabkan ibu manghadapi peningkatan bahaya terjadinya kelelahan, infeksi intrapartum, dan kelahiran operatif yang traumatik. Disamping itu, kegagalan mengobati disfungsi uterus dapat menghadapkan janin terhadap resiko kematian yang lebih besar, sedangkan resiko penggunaan oksitosin intravena, bila digunakan dengan cara yang benar, dapat diabaikan. Tetapi kecelakaan yang berat dapat terjadi pada penggunaannya bila persyaratannya tidak diawasi dengan ketat. Ruptura uteri pada segmen bawah uterus akibat stimulasi dengan larutan oksitosin intravena hendaknya merupakan peringatan kepada dokter tentang pentingnya persyaratan tersebut. Dalam kasus tersebut, oksitosin diberikan pada seorang multipara umur 38 tahun. Karena tidak ditemukan kelainan lian, seharusnya dianggap adanya otot uterus yang menua yang telah mengalami regangan berkali-kali pada persalinan-persalinan sebelumnya, sehingga tidak dapat menahan beban yang ditimbulkan oleh oksitosin.

Satu sifat oksitosin intravena adalah kenyataan bahwa bila berhasil, obat tersebut bekerja dengan segera, menyebabkan kemajuan yang jelas dengan sedikit hambatan. Pada setiap kecepatan tetesan infus kadar plasma mencapai plateau setelah 30 menit karena kecepatan tetesan dan kecepatan penghancurannya oleh oksitosinase mencapai keseimbangan. Oleh karena itu obat tersebut tidak perlu diberikan pada jangka waktu yang tak terbatas untuk merangsang persalinan. Obat tersebut harus diberikan selama tidak lebih dari beberapa jam (O’Driscoll dkk, 1984; Seitchik dan Castillo 1983a,1983b); bila kemudian serviks tidak mengalami perubahan yang nyata, dan bila diramalkan tidak akan terjadi persalinan pervaginam secara mudah, maka harus dilakukan kelahiran seksio sesarea. Sebaliknya, oksitosin tidak boleh digunakan untuk memaksa pembukaan serviks dengan kecepatan yang melebihi keadaaan normal (Cohen dan Friedman,1983). Kesiapan untuk melakukan seksio sesarea dalam hal kegagalan oksitosin atau bila terdapat kontraindikasi pemakaiannya, sangat menurunkan mortalitas dan morbiditas perinata.

Harapan untuk semua pihak

Pada tulisan ini telah dipaparkan tentang oksitosin, cara kerjanya pada otot polos uterus, mioepitel kelenjar mammae, efek yang tupang tindih dengan hormon ADH, dan beberapa efek samping yang tidak diinginkan serta yang berkaitan dengan rumus kimia oksitosin dan juga cara pemberian dan pemakaian yang dianjurkan agar tidak terjadi atau terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan yang merugikan klien. Diharapkan dengan paparan ini kepada para bidan dapat memahami atau meningkatkan pengetahuannya tentang oksitosin sehingga dapat menyahuti himbauan ataupun gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat khususnya ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.

 

DAFTAR PUSTAKA

Granner, D.K. Hormon Hipopisis dan Hipotalamus. 2003. Dalam (Edisi dua lima): Biokimia Harper (Hlm : 523-538) Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.

Murray, R.K, D.K Granner, P.A.Mayes dan V.W. Rodwell. 2003. Terjemahan Biokimia Harper : Hormon Hipofisis dan Hipotalamus. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pritchard, J.A, P.C Macdonald, N.F. Gant. 1991. Terjemahan Obstetri Williams : Pimpinan Pada persalinan dan kelahiran normal. Airlangga University Press. (Hlm : 399-401)

Pritchard, J.A, P.C Macdonald, N.F Gant. 1991. Terjemahan obstetric Williams (Edisi tujuh belas) : Distosia akibat kelainan tenaga pendorong (Hlm : 751-760)

Jordan. S. Obat yang meningkatkan kontraksilitas uterus atau oksitosin. 2004. Dalam Ester. M. (Ed) Farmakologi Kebidanan (Hlm : 143-174). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “ M” DENGAN PLACENTA PRAEVIA

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny “ M” DENGAN PLACENTA PRAEVIA

Tanggal di data : Sabtu, 16 April 2009

Jam : 10.00 WIB

No Register : 0123

Tempat : BPS Sukma

I.PENGKAJIAN

A.DATA SUBJEKTIF

1.Biodata

Nama : Ny” M “ Nama Suami : Tn” B “

Umur : 23 thn Umur : 27 thn

Agama : ISLAM Agama : ISLAM

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl.Bali no 19 Alamat : Jl.Bali no 19

Suku bangsa : Jawa/ Indonesia Suku bangsa : Jawa/ Indonesia

2.keluhan utama

· Mengalami perdarahan pervaginam bewarna merah segar tidak disertai rasa mules .

3.Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu sedang tidak menderita penyakit jantung,asma,TBC,HIV-AIDS,DM, malaria, hepatitis, hipertensi, tumor.

2) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung,asma,TBC,HIV-AIDS,DM, malaria, hepatitis, hipertensi, tumor.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung,asma,TBC,HIV-AIDS,DM,malaria, hepatitis, hipertensi, tumor.

4.Riwayat Haid

Menarche : 14 thn

Siklus : 28 hr

Lamanya : 6 hr

Keluhan : tidak ada

Hpht : 19 Januari 2009

5.Riwayat Perkawinan

· Status Perkawinan : Syah

· Usia Menikah : 21 thn

· Lama Perkawinan : 2 thn

· Perkawinan ke : 1 (pertama)

6.Riwayat kehamilan sekarang

Ibu mengatakn hamil anak pertama, tidak pernah keguguran.

7.Riwayat Kontrasepsi

Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

8.Riwayat Psikososial dan Spiritual

a. Emosi : Baik , Tempramen : Stabil

b. Hubungan dengan suami : Baik / harmonis

c. Klrg, ttga, org terdekat : Baik

d. Keyakinan thd agama : Yakin

Menjalankan ibadah : Taat

9.Kebutuhan Sehari-hari

a.Nutrisi

Makan

· Frekuensi : 3x/hari

· Jenis : Nasi,Lauk,Sayur,Buah

· Porsi : 1 porsi sedang habis (2 sendok nasi)

· Pola makan : Tidak ada

Minum

· Frekuensi : 8 gelas / hari

· Jenis : air putih

b.Eliminasi

BAK BAB

· Frekuensi : 5x/hari Frekuensi : 1x/hari

· Jumlah : +/-150 cc Konsistensi : Lunak

· Warna : Kuning Jernih Warna : Kuning

· Masalash : Tidak ada Masalah : Tidak ada

· Bau : Khas Ammonia Bau :Khas

feces

c.Istirahat / tidur

Tidur Siang : 2 jam

Tidur Malam : 7 jam

Keluhan : Tidaka ada

d.Personal Hygiene

Mandi : 2x/hari

Cuci Rambut : 3x/minggu

Gosok Gigi : 2x/hari

Ganti Pakaian dalam : 2x/hari

e.Aktivitas : Ibu melakukan aktivitas rumah tangga

seperti biasa dengan baik.

Seperti : menyapu, mengepel, masak,

Mencuci, dll.

f. Seksual

· Pola seksual : Baik

· Masalah : Tidak ada

B.DATA OBJEKTIF

1.Pemeriksaan Umum

K/u : Baik

Kesadaran : Composmentis

BB : 58 kg

TB : 160 cm

TTV

TD : 120/80 mmHg

Pols : 78x/menit

RR : 24x/menit

Temp : 370 C

2.Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

1.Kepala

· Rambut

Warna Rambut : Hitam

Distribusi : Merata

Kebersihan : Bersih

Masalah : Tidak ada

· Muka

Oedema : Tidak ada

Cloasma : Tidak ada

· Mata

Konjungtiva : An Anemis

Sklera : An Ikterik

Oedem palpebra : Tidak ada

· Mulut

Mukosa Bibir : Lembab

Gigi : Tidak ada Caries

Gusi : Kemerahan

Masalah : Tidak ada

· Hidung

Bentuk : Simetris

Fungsi Penciuman : Baik

Pembesaran Polip : Tidak ada

· Telinga

Bentuk : Simetris

Fungsi Pendengaran : Baik

Kebersihan : Bersih

2.Leher

Pembesaran Kel.Tyroid : Tidak ada

Pembesaran Kel.Limfe : Tidak ada

Pembesaran Vena Jugularis : Tidak ada

3.Dada

Payudara

Bentuk : Simetris

Putting : Menonjol

Kebersihan : Bersih

Benjolan patologis : Tidak ada (-)

Areola : Hyper pygmentasi

Bekas operasi : Tidak ada

Nyeri tekan : Tidak ada

4.Abdomen

Pembesaran : Sesuai dengan usia kehamilan

TFU : Tiga jari bawah PX

Bekas SC / operasi : Tidak ada

Nyeri tekan : Ada

Benjolan patologis : Tidak ada

5.Genetalia

Varices : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Pengeluaran : Bercak darah segar

Jumlah : ± 3 cc

6.Ekstremitas

Bentuk : Simetris

Fungsi : Baik

Kelengkapan : Lengkap

Tanda human : Tidak ada

Reflek patela ki/ka : +/+

b. Palpasi

1) Leopold 1 : TFU teraba tiga jari bawah PX,

pada fundus teraba bagian yang bundar, lunak dan tidak melenting (bokong).

2) Leopold 2 : Sebelah kanan perut ibu teraba

Tahanan yang memanjang dari atas ke bawah(punggung)

Sebelah kiri perut ibu teraba bagian- bagian kecil janin.

3) Leopold 3 : Pada bagian terbawah teraba

bagian yang bulat, keras dan melenting (kepala).

4) Leopold 4 : bagian terbawah janin belum

Masuk PAP (divergen).

5) TBJ : (33-12) x 155 = 3255 gram

c. Auskultasi

Masih terdengar DJJ (+)

3. Pemeriksaan penunjang

USG : Implantasi placenta jarak tepi placenta

terhadap ostium kurang dari 5 cm

II.INTERPRETASI DATA

A.DIAGNOSA

Ny “M” usia 23 tahun G1 P0 A0 intra uterin JTH, preskep, keadaan ibu dan janin baik, keadaan jalan lahir ditutupi oleh placenta ( placenta praevia ).

Ds :ada pengeluaran darah sebanyak 3 cc yang bercampur stosel secara tiba – tiba

Bagian terbawah janin belum Turín

Tidak terdapat nyeri tekanan pada saat palpasi.

· Leopold 1 : TFU 33 cm, 3 jari bawah PX, TBJ 3255 g

· Leopold 2 : PUKA

· Leopold 3 : Teraba bagian yang bulat, keras dan

melenting (kepala).

· Leopold 4 : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.

· DJJ : 158 x/menit.

· HPHT : 07 agustus 2008

· TP : 14 mei 2009

· Ibu mengatakan hamil anak pertama

Do :

K/U Ibu : Baik

Kesadaran : Composmentis

BB : 58 kg

TB : 160 cm

TTV

TD : 120 / 80 mmHg

Pols : 78x / menit

RR : 24x / menit

Temp : 37 0C

B.MASALAH

· Cemas

· Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan terjadinya perdarahan pervaginam karena adanya placenta previa.

C.KEBUTUHAN

· Support mental

· Penyuluhuan tentang istirahat ibu

1) Anjurkan ibu untuk beristirahat total

2) Jangan banyak melakukan gerakan atau aktivitas

· Observasi banyaknya perdarahn pervaginam

· Segera hubungi nakes jira terjadi perdarahan yang hebat

· Penyuluhan tentang kebutuhan Gizo dan nutrisi pada ibu hamil

1) Makan makanan yang bergizi

2) Konsumsi vitamin C dan zat besi

· Memberikan dukungan psikologis pada ibu

· Beri tahu ibu tentang kemungkinan yang bisa terjadi

· Beri tahu ibu tentang pemeriksaan tindak lanjut

· Rujuk

III.DIAGNOSA POTENSIAL:

· Perdarahan Hebat

· Anemia

· Potencial terjadi gawat janin

· Potencial terjadi asfiksia pada janin

· Syok

IV.TINDAKAN SEGERA :

· Persiapan rujukan

· Penatalaksanaan perdarahan antepartum

· Penatalaksanaan asfixia pada BBL

V. INTERVENSI

No

Hr/Tgl/Jam

Tujuan & Kriteria

Intervensi

Rasional

Paraf

Dx

kamis

16/04/09

10.00 WIB

Tujuan : kehamilan berlangsung normal.

Kriteria :

· k/u & TTV ibu tetap normal.

· k/u janin baik, DJJ normal.

  • Jelaskan tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
  • Observasi k/u ibu dan terus memantau k/u ibu dan janin.
  • Berikan suport mental pada ibu dan keluarga.
  • Beri tahu ibu maupun keluarga untuk tetap selalu siap dan waspada terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
  • Persiapan rujukan.

· agar ibu dan keluarga mengetahui masalah yang sedang terjadi pada kehamilannya.

· Agar perubahan yang terjadi pada ibu dan janin dapat terdeteksi secara dini.

· Agar ibu ibu tidak merasa cemas dan khawatir, serta dapat mengalihkan rasa sakitnya.

· Agar komplikasi lanjut dapat di tangani secara cepat dan tepat.

· Agar tidak terjadi komplikasi dan perdarahan yang lebih banyak

 

VI.IMPLEMENTASI

No

Hr/Tgl/Jam

Implentasi

Respon

Paraf

Dx

kamis

16/04/09

10.15 WIB

  • Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan dan keadaan ibu dan janin pada ibu dan keluarga bahwa ibu mengalami placenta praevia yaitu placenta ibu terletak pada pinggir ostiu uteri internum. Hal tersebut di tandai dengan keluarnya sedikit darah bewarna merah segar dari kemaluannya, tetapi ibu tidak merasakan nyeri dan hal ini dapat berpengaruh terhadap keadaan ibu dan janin. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa k/u dan TTV ibu sedikit menurun tetapi k/u janin baik, DJJ normal, namun harus terus di lakukan observasi pemantauan terhadap ibu dan janin.
  • Melakukan observasi dan pemantauna terhadap k/u, kesadaran, TTV, jumlah perdarahan yang keluar dan komplikasi yang timbul, selain itu juga terhadap keadaan janin, DJJ meliputi frekuensi, kekuatan dan irama.
  • Memberikan suport mental pada ibu dan keluarga dengan cara menganjurkan pada ibu agar tidak terlalu cemas dan khawatir karna kehamilan akan tetap berlangsung dan selalu siap juga waspada terhadap kemungkinan komplikasi lanjut.
  • Memberi tahu ibu maupun keluarga untuk tetap selalu siaga dan waspada terhadap berbagai kemungkinan komplikasi lanjut yang mungkin terjadi. Untuk itu keluarga perlu mengenal dan mengetahui tanda – tanda bahaya komplikasi lanjut serta apa yang harus dilakukan bila menemukan tanda –tanda tersebut
  • Melakukan rujukan dengan menyiapkan transportasi, donor darah dan keluarga
  • Ibu dan keluarga mengatakan mengerti akan penjelasan yang di berikan.
  • k/u ibu tetap baik, TTV baik, jumlah perdarahan dapat berkurang, ibu tidak merasakan nyeri, DJJ normal.
  • Ibu tampak sudah tenang dan dapat mengalihkan rasa sakitnya.
  • Ibu dan keluarga mengatakan mengerti akan penjelasan yang diberikan dan da[at menyebutkan tanda – tanda bahaya komplikasi lanjut.
  • Trasportasi, donor darah dan keluarga siap.
 

VII. EVALUASI

a. TTV ibu masih dalam batas normal
b. Ibu mengerti dengan pejelasan yang diberikan
c. Ibu bisa faham dengan penjelasan yang diberikan
d. Ibu mengerti dan dapat mengulang apa yang disampaikan oleh bidan.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTMATUR

TUGAS ASKEB IV

“ ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTMATUR ”

 

Tgl didata                                : 19 APRIL 2009

Jam                                          :10 : 00 WIB

No Register                             : -

 

I.    PENGKAJIAN

A.    Data Subjektif

  1. Biodata                                                                                                          

·         Nama                     : Ny. R                                                Nama Suami    : Tn S  

·         Umur                     : 25 Tahun                               Umur               : 27 Tahun

·         Agama                   : Islam                                     Agama             : Islam

·         Suku/bangsa          : Jawa                                      Suku/bangsa    : Bengkulu

·         Pendidikan            : SMA                                     Pendidikan      : D3

·         Pekerjaan               : IRT                                        Pekerjaan         : Swasta

·         Alamat                  : Jl. Kenanga                           Alamat                        : Jl. Kenanga

                                                                                                              

  1. Alasan kunjungan dan keluhan

Ibu marasa cemas dan khawatir karena kandungannya sudah lebih dari 9 bulan.

 

  1. Riwayat Kesehatan

a.       Riwayat kesehatan sekarang

Ibu tidak sedang menderita penyakit hipertensi, jantung, DM, anemia, TBC, hepatitis, asma dan HIV/AIDS

 

b.      Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu sebelumnya tidak ada menderita penyakit hipertensi, jantung, DM, anemia, TBC, hepatitis, asma dan HIV/AIDS

 

c.       Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, jantung, DM, anemia, TBC, hepatitis, asma dan HIV/AIDS

 

  1. Riwayat Menstruasi   

Menarche        : 12 Tahun

Siklus              : 28 hari

Lamanya         : 6 hari

Banyaknya      : 3 x ganti pembalut per hari

Dismenorhoe   : ada

HPHT              : 28 juni 2008

 

  1. Riwayat Kehamilan, persalinan & nifas yang lalu

No

Kehamilan

Persalinan

Anak

Nifas

Ket

UK

ANC

TT

Tgl

Tmp

Penolong

Jenis

penolong

JK

BB

Laktasi

Penyulit

 

 

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

 

  1. Riwayat Kehamilan Sekarang

Hamil ke                : Pertama

Umur kehamilan    : 30 minggu

ANC                     : 4 x

TT                          : 2 x

Trimester I             :

Keluhan                 : mual, muntah

Trimester II

Keluhan                 : tidak ada keluhan

Trimester III         

Keluhan                 : sering BAK, sesak dan nyeri perut

                          

 

 

 

  1. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a.       Nutrisi

-          Makan

§  Pola makan         :  3 x sehari

§  Jenis makanan    :  nasi, roti, daging, sayur

§  Porsi makan        : 1 piring sedang

§  Nafsu makan      :  baik

§  Pantangan          :  tidak boleh mengonsumsi tinggi yodium

§  Masalah              :  tidak ada

-          Minum

§  Jumlah                :  8 gelas / hari

§  Jenis                   :  air putih, susu, jus

§  Masalah              :  tidak ada

 

b.      Eliminasi

-          BAB                                                                -     BAK

Frekuensi                  :  1 x/hari                              frekuensi      :  8-10 x/hari

Konsistensi               :  lembek                               jumlah          :  + 200 cc

Warna                       :  kuning                               warna           :  kuning

Bau                           :  khas feces                          bau               :  khas amoniak

Masalah                    :  tidak ada                           Masalah        :  tidak ada

 

c.       Personal Higiene

Mandi                          :  2 x / hari                                    

Mencuci rambut          :  1 x / hari

Menggosok gigi          :  2 x / hari

Ganti Pakaian Dalam  :  3 x sehari

Masalah                       :  tidak ada

 

 

 

d.      Istirahat / tidur

Siang                     :  2 jam

Malam                   :  8 jam

Masalah                 :  tidak ada

 

e.       Aktivitas

Jenis kegiatan        :  Ibu rumah tangga

Masalah                 :  sering kecapean dan bengkak pada kaki

 

f.       Seksual

Frekuensi               :  4 x / Minggu

Masalah                 :  tidak ada

 

  1. Keadaan Psikososial Spiritual

Keadaan psikologis ibu                       :  Baik

Penerimaan terhadap kehamilan         :  Baik

Hubungan suami istri                          :  Harmonis

Hubungan istri dengan keluarga         :  Harmonis

Keyakinan terhadap agama                 :  Baik

 

  1. Pengetahuan Klien tentang masalah yang dihadapi

Ibu tidak mengetahui sama sekali apa yang dihadapinya sekarang.

 

B.     Data Objektif

  1. Pemeriksaan Umum

K / U                           :  Baik             

Kesadaran                   :  Compos menitis

BB sebelum hamil       :  50 kg

BB sekarang                :  65 kg

TB                               :  155 cm

LILA                           :  25 cm

TTV

-          TD                : 120/80 mmhg

-          Pols              : 80 x / menit

-          RR                : 22 x / menit

-          Temp            : 36o C

 

  1. Pemeriksaan Kebidanan

a.       Inspeksi

1.      Kepala

Warna rambut    : Hitam

Kebersihan         : Bersih

Distribusi            : Merata, tidak rontok

Masalah              : tidak ada

 

2.      Muka

Cloasma gravidarum   :  tidak ada

Oedema                       :  tidak ada

 

3.      Mata

Conjungtiva                : an anemis

Sklera                          : an ikterik

Odema palpebra          : tidak ada

 

4.      Hidung                       

Kebersihan                  :  bersih

Masalah                       :  tidak ada

5.      Mulut

Lidah                           :  bersih

Gusi                             :  merah muda

Gigi                             :  tidak ada caries

Masalah                       :  tidak ada

6.      Leher

Pembesaran Kelenjar Tiroid    : tidak ada

Pembesaran Kelenjar Limfe    : tidak ada

Pembesaran Vena Jugularis     : tidak ada

 

7.      Payudara

Pembesaran ka/ki     :  ada +/+

Bekas operasi           :  tidak ada

Areola mamae          :  hiperpigmentasi          

Papila mamae           :  menonjol                    

Colostrum                :  (+)

 

8.      Abdomen

Pembesaran              :  ke depan

Linea alba                 :  ada

Striae albican            :  ada

Bekas SC                 :  tidak ada

 

9.      Genitalia

Varises            :  tidak ada

Edema             :  tidak ada

Pengeluaran     :  tidak ada

Periksa dalam (PD)

- vulva             : tidak ada massa

-pembukaan     :  tidak ada

 

Ekstremitas

Kuku            :  tidak pucat

Oedema        :  tidak ada

Varises         :  tidak ada

 

10.  Tulang Belakang

CVA            :  (-)

Keadaan       :  normal

Kelainan       :  tidak ada

refleks patella ka/ki  :  (+) / (+)

 

 

b.      Palpasi

Leopold I        : TFU 3 jari di atas pusat (32 cm) teraba agak bundar, lunak dan tidak melenting.

Leopold II       :  di sebelah kanan perut ibu teraba tahanan yang memanjang dari atas ke bawah dan sebelah kiri perut ibu teraba bagian kecil janin

Leopold III     : Bagian bawah perut ibu teraba bagian keras, bulat dan melenting ,sudah masuk PAP

Leopold IV     :  divergen 3/5

 

c.       Auskultasi

DJJ                     :  (+)

Punctum maks    :  2 jari bawah pusat kiri perut ibu

Frekuensi            :  120 x/m

Irama                  :  teratur

Kekuatan            :  kuat

 

d.   TBJ                     :  (32 – 11) x 155

                                 :  21 x 155

                                 : 3305  gr

 

 

 

 

 

  1. Data Penunjang

-          Pemeriksaan panggul

- Distansia spinarum          : 28 cm

- Distansia cristarum         :  24 cm

- Obliqua eksterna             : 18 cm

- Lingkar panggul              : 80 cm

-          Pemeriksaan laboratorium

a.       Darah

HB                     :  11 gr %

Golongan darah :  A

b.      Urine

Protein urine       :  (-)

Reduksi              :  (-)

 

 

II. IDENTIFIKASI MASALAH

  1. Diagnosa

Ny R umur 25 tahun G1P0A0, hamil 42 minggu janin tunggal hidup, intra uterin presentasi kepala, keadaan jalan lahir baik, keadaan umum ibu dan janin baik dengan postmatur

DS :

·         Ibu mengatakan hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran

·         Ibu mengatakan hamil 10 bulan

·         Ibu mengatakan sudah terasa pergerakan janin sejak 4 bulan dan tidak nyeri pada saat janin bergerak

·         Ibu mengatakan berat badan naik lebih berat

·         Ibu mengatakan sesak beraktivitas dan nyeri pada perut

 

 

 

 

DO :

TFU 32 cm

DJJ (+) 120 x/m kuat teratur

TTV

TD                   : 120/80 mmHg

Pols                 : 80 x / menit

RR                   : 22 x / menit

Temp               : 360 C

 

  1. Masalah                      

      Dasarnya         :

a.       Gangguan aktivitas

DS :  Ibu terasa sesak dan nyeri pada perut

C. Kebutuhan

Penkes tentang :

-          Mobilisasi

-          Tanda-tanda bahaya persalinan dg kehamilan postmatur

-          Nutrisi

-          Kebutuhan istirahat

 

III. DIAGNOSA POTENSIAL

a.       Potensial distosis pada ibu

Dasar :

TBJ :  3305 gram

 

b.      Potensial kematian janin

c.       Pontensial olyhidramnion

d.      Pontensial bayi besar

 

 

IV. TINDAKAN SEGERA

            -

 

V.    INTERVENSI

No

Tgl/jam

Tujuan/kriteria

Intervensi

Rasional

Dx

19 april 2009

Tujuan :

Mempercepat masa persalinan

Kriteria:

-sesak dan nyeri pada perut dapat berkurang

1.      Jelaskan kepada ibu tentang keadaannya

2.      anjurkan pada ibu untuk melakukan  mobilisasi secara rutin

3.      jelaskan tanda- tanda bahaya pada persalinan dengan kehamilan post matur

4.      Anjurkan ibu memenuhi nutrisi seimbang

5.      Anjurkan ibu untuk beristirahat

6.      Mengobservasi TTV

 

1.      Ibu mengerti dengan keadaannya

2.      agar mempercepat masa persalinan

 

3.      agar ibu siaga jika terjadi komplikasi

 

 

4.      agar ibu dan janin sehat

 

5.      agar ibu tidak kecapekan

6.      agar ibu tahu k/u nya

 

 

 

VI.    IMPLEMENTASI

No

Tanggal

Pelaksanaan/implementasi

Respons

Paraf

Dx

19 april 2009

 

 

1.   Menjelaskan kepada ibu tentang keadaannya

- kehamilan ibu postmatur

 

2.      anjurkan pada ibu untuk melakukan  mobilisasi secara rutin seperti gerak jalan pagio dan sore hari agar mepercepat masa persalinan

3.      jelaskan tanda- tanda bahaya pada persalinan dengan kehamilan post matur

-          dapat menyebabkan distosis pada ibu karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, moulding kepala kurang maka sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,inersia uteri, distonsia bahu dan perdarahan postpartum.

- dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan karena semakin tua umur kahamilan semakin kuarang suplai oksigen dan nutrisi yang didapatkan dari placenta.

4.      Menganjurkan ibu memenuhi nutrisi seimbang

-    Ibu harus mengonsumsi makanan yang tinggi protein seperti daging, telur, sayuran, roti, suplemen kalsium seperti susu

 

5.      Menganjurkan ibu untuk beristirahat

-    Tidak melakukan aktivitas yang berat atau aktif

-    Ibu beristirahat seperti tidur, nyantai.

6.   Mengobservasi TTV

TD, pernapasan, nadi dan suhu

1. ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

 

 

2.ibu mau nuruti nasehat yang diberikan

 

 

 

3. ibu sudah paham dengan penjelasan yang diberikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.      ibu mau menuruti anjuran yang diberikan

 

 

 

 

 

 

5.      ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan

 

 

 

 

6. ibu tau keadaannya

 

 

 

VII.  EVALUASI

No

Hari/tanggal/jam

Evaluasi

paraf

 

Minggu,19 april 2009

S

-          Ibu mengerti apa yang dijelaskan dan dianjurkan dan akan melaksanakannya

 

O :

-          Ibu banyak bertanya dari apa-apa yang dijelaskan

 

A :

Tujuan belum tercapai

 

P :

Intervensi dilanjutkan di rumah

 

 

 http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/