adf.ly

Selasa, 31 Mei 2011

MAKALAH KOMUNIKASI DAN KONSELING TENTANG HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang untuk bertahan hidup harus adanya sosialisme atau berhubungan dengan manusia lain dan hal ini tak bisa dihindari, mutlak dilakukan manusia apalagi pada masa sekarang ini.

Hubungan antar manusia dengan hubungan kemanusiaan sesungguhnya mempunyai pengertian yang berbeda. Dalam setiap bentuk hubungan, hubungan antar manusia lebih mendominasi daripada hubungan kemanusiaan.

Dalam pengertian hubungan antar manusia bukan hanya dalam wujudnya saja, tetapi juga dari sifat-sifatnya, waktunya, cara bicaranya, sikapnya, tingkahlakunya, pribadinya, dan berbagai macam aspek kejiwaan yang ada pada diri manusia.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

B. Tujuan Penulisan

1. Memahami mengenai pengertian hubungan antar manusia

2. Memahami tujuan hubungan antar manusia

3. Memahami teknik-teknik hubungan antar manusia

4. Memahami mengenai konsep diri

5. Memahmi mengenai Teori Johry Windows

BAB II

PEMBAHASAN

Hubungan antar manusia mendasari interaksi dan komunikasi antara bidan dengan pasien dalam pelayanan kebidanan. Ciri hakiki “Human Relations“, yaitu : “Proses rohaniah yang tertuju kepada “kebahagiaan”, berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku, dll, dan aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia. Proses rohaniah dengan perasaan bahagia ini berlangsung pada “Komunikasi Antar Personal”. Karena sifatnya “Dialogis“, maka masing-masing tahu, sadar, dan merasakan efeknya.

Proses interaksi melibatkan perasaan, kata yang diucapkan dalam komunikasi, mencerminkan perasaan dan sikap, proses penyesuaian diri. Hubungan antar manusia secara luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahas untuk mendapatkan pemecahan masalah. Hubungan antar manusia juga merupakan komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah pihak.

A. Pengertian HAM

Berikut ini merupakan pengertian HAM (Hubungan Antar Manusia) menurut beberapa ahli :

1. Hugo Cabot dan Joseph A Kahl (1967) : HAM adalah suatu sosiologi yang konkret karena meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru.

2. H. Bonner (1975) : interaksi adalah hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya.

3. Keith Davis “Human Relation at Work” adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau dari kepimpinannya, yang bertanggungjawab dalam suatu kelompok merupakan interaksi orang-orang menuju situasi kerja yang memotivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial.

4. Ferdinand Tonnies : menyatakan bahwa manusia dalam bermasyarakat mempunyai dua jenis pergaulan yaitu

(1) Gemeinscaft (Pangkuyuban), hal yang dialami oleh orang lain dirasakan sebagaimana terjadi pada dirinya oleh karena pergaulannya yang sangat akrab. Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional. Di masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga tipe paguyuban, yaitu :

a). Paguyuban karena ikatan darah, seperti keluarga, kekerabatan, kesukuan, dan lain-lain.

b). Paguyuban karena tempat, seperti rukun tetangga, rukun warga, dan lain-lain.

c). Paguyuban karena pikiran, seperti pergerakan mahasiswa, partai politik, dan lain-lain.

(2) Gessellscaft (Patembayan), pergaulan yang mempertimbangkan untung dan ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari kelompok tersebut. Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya hanya untuk jangka waktu yang pendek. Hubungannya bersifat untuk semua orang. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk yang ada dalam pikiran belaka. Contohnya adalah interaksi melalui internet.

B. Tujuan HAM

Tujuan dari HAM adalah memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin. Selain itu, dapat memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain, memperoleh pengetahuan dan informasi baru, menumbuhkan sikap kerjasama, menghilangkan sikap egois/paling benar, menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk homo socius” mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang lain serta memberikan bantuan.

C. Faktor-Faktor dalam HAM

1. Faktor yang mendasari interaksi sosial

Interaksi sosial melibatkan individu secara fisik maupun psikologis. Faktor utama dalam proses internalisasi antara lain :

a. Imitasi adalah keadaan seseorang yang mengikuti sesuatu di luar dirinya/ meniru. Hal yang perlu diperhatikan sebelum meniru adalah mempunyai minat dan perhatian yang besar, sikap menjunjung tinggi, pandangan meniru akan memperoleh penghargaan sosial yang tinggi.

b. Sugesti adalah proses individu menerima cara pandang orang lain tanpa kritik lebih dulu. Syarat untuk mempermudah sugesti adalah:

(1) Hambatan berpikir, akibat rangsangan emosi proses sugesti diterima secara langsung.

(2) Pikiran terpecah-pecah/disasosiasi, mengalami pemikiran yang terpecah-pecah.

(3) Otoritas/prestise, menerima pandangan dari seseorang yang memiliki prestise sosial tinggi.

(4) Mayoritas, menerima pandangan dari kelompok mayoritas.

(5) Kepercayaan penuh, penerimaan pandangan tanpa pertimbangan lebih lanjut.

c. Identifikasi adalah proses yangberlangsung secara sadar, irasional, berdasar perasaan, dan berkembang bahwa identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma yang ada. Menurut Sigmund Freud “identifikasi” merupakan cara belajar norma dari orang tuanya.

d. Simpati adalah perasaan tertarik individu terhadap orang lain yang timbul atas dasar penilaian perasaan.

2. Faktor yang menentukan interaksi sosial

Cara seseorang melakukan interaksi sosial dengan menggunakan komunikasi antar individu atau komunikasi interpersonal. Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan hubungan personal yang baik antara lain:

a. Rasa percaya.

Secara ilmiah “percaya” didefinisikan mangandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Eiddin, 1967: 224-234).

Keuntungan rasa percaya kepada orang lain adalah meningkatkan komunikasi interpersonal dan mengurangi hambatan interpersonal. Sejak tahap pertama dalam hubugan interpersonal sampai tahap akhir, “percaya” menentukan efektifitas komunikasi. Bila klien sudah percaya kepada kita. Hal ini akan membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Hilangnya kepercayaan kepada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan intrapersonal yang akrab.

Faktor yang menumbuhkan rasa percaya adalah:

1) Menerima: kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai. Menerima berarti tidak menilai pribadi orang berdasarkan prilakunya yang tidak kita senangi. Betapapun jeleknya prilakunya menurut presepsi kita, kita tetap berkomnukasi dengan dia sebagai personal, bukan sebagai objek.

2) Empati: memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.

3) Kejujuran: menyebabkan prilaku kita dapat diduga (predictable). Ini akan mendorong orang lain untuk percaya pada kita.

b. Sikap suportif.

Sikap yang mengurangi sikap melindungi diri (defensif) dalam komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Orang yang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami perasaan orang lain. Jack R. Gibb mengemukakan enam perilaku yang menimbulkan sikap sportif. Iklim defensif meliputi:

1) Evaluasi dan deskripsi. Evaluasi adalah penilaian terhadap orang lain, memuji atau mengecam. Deskripsi adalah penyampaian perasaan atau persepsi tanpa melakukan penilaian.

2) Kontrol dan orientasi masalah. Perilaku kontrol artinya berusaha mengubah orang lain, mengendalikan, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah.

3) Strategi dan spontanitas. Strategi adalah penggunaan tujuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Spontanitas artinya sikap jujur.

4) Netralitas dan Empati. Netralitas adalah sikap impersonal, memperlakukan orang lain sebagai objek. Empati artinya memperlakukan orang lain sebagaimana mestinya.

5) Superioritas dan persamaan. Superioritas artinya seseorang lebih tinggi karena status, kekuasaan, kemampuan, intelektual, kekayaan atau kecantikan. Persamaan adalah sikap memperlakukan seseorang secara horisontal dan demokratis.

6) Kepastian dan Profesionalisme. Individu yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, egois, dan melihat pendapatnya merupakan kebenaran yang mutlak. Profesionalisme adalah kesediaan meninjau kembali pendapat orang lain.

c. Sikap terbuka dan sikap tertutup.

No.

Sikap terbuka

Sikap tertutup

1

Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data-data dan keajegan logika

Menilai pesan berdasarka motif pribadi

2

Membedakan dengan mudah, melihat nuansa

Berpikir simlisis, artiya berpikir hitam dan putih tanpa nuansa

3

Berorientasi pada isi

Bersandar lebih banyak pada sumber daripada isi pesan

4

Mencari informasi pada berbagai sumber

Mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumbernya sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain

5

Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaan

Kaku mempertahankan dan memegang teguh system kepercayaannya

6

Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan

Menolak, mengabaikan, mendistorsi, dan menolak pesan yang tidak konsisten dengan system kepercayaan

D. Teknik-Teknik HAM

Teknik hubungan antar manusia terbagi dalam :

1. Tindakan sosial

Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu lain dalam masyarakat. Tindakan sosial dibedakan menjadi :

a. Tindakan rasional instrumental : tindakan yang memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan atau antara efisiensi dengan efektifitas.

b. Tindakan rasional berprestasi nilai : tindakan yang berkaitan dengan nilai dasar dalam masyarakat.

c. Tindakan tradisional : tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan adat istiadat atau kebiasaan.

d. Tindakan afektif : tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok berdasarkan perasaan atau emosi.

2. Kontak sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan terjadinya awal interaksi sosial. Kontak sosial dibedakan :

(a) Cara pihak yang berkomunikasi: baik langsung maupun tidak langsung.

(b) Cara terjadinya: kontak primer maupun kontak sekunder.

3. Komunikasi sosial

Proses komunikasi terjadi saat kontak sosial berlangsung. Secara harfiah komunikasi merupakan hubungan atau pergaulan dengan orang lain.

4. Teori hubungan antar manusia

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak "menjadi" manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang
bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu, tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan, besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya
.

Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas hubungan antar manusia:

a. Teori transaksi (model pertukaran sosial)

HAM berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu yaitu apakah masing -masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu, putus, atau bahkan berubah menjadi permusuhan.

b. Teori peran

Pergaulan sosial sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat yang mengatur apa dan bagaimana peran tiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah `tertulis" seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. Dan dala hal ini masyarakatlah sebagi penonton dan sekaligus sutradara kehidupan.

c. Teori permainan

Klasifikasi manusia terbagi menjadi tiga yaitu anak-anak, dewasa dan orang tua. Masing-masing individu mempunyai sifat yang khas. Anak-anak itu manja, tidak mengerti tanggung jawab. Sedangkan orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawabnya. Adapun orang tua, ia lebih dapat memahami dan memaklumi kesalahan orang lain. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil menangis terguling-guling ketika minta eskrim tidak dipenuhi, tetapi orang akan heran jika ada orang tua yang masih kekanak-kanakan. Suasana rumah tangga juga ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan perilaku yang semestinya ditunjukkan. Jika tidak maka suasana pasti runyam. Demikian juga hubungan antara pusat dan daerah, antara atasan dan bawahan. Aparat Pemerintah mestilah bersikap dewasa, Presiden dan Ketua MPR mestilah jadi orang tua.

E. Konsep Diri

Definisi Konsep Diri menurut Wiiliam D. Brooks adalah those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positip. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating sistem yang menjalankan suatu komputer. Konsep diri dapat mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.

Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positip, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.

Komunikan yang berkonsep diri positip adalah Komunikan yang Tembus Pandang1 (transparent). Faktor yang mempengaruhi: orang lain, significant others, reference group.

Dua macam konsep diri adalah sebagai berikut :

· Konsep diri negatif : peka pada kritik, responsif sekali pada pujian, hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimitis pada kompetensi.

· Konsep diri positif : yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar akan keinginan dan perilaku tidak selalu disetujui oleh orang lain, mampu memperbaiki diri.

1. Hal-hal yang perlu dipahami tentang konsep diri adalah :

a. Dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain.

b. Berkembang secara bertahap.

c. Ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan (positif).

d. Negatif ditandai dengan hubungan individu dan sosial yang mal adaptif.

e. Merupakan aspek kritikal yang mendasar dan pembentukan perilaku individu.

2. Hal-hal yang penting dalam konsep diri adalah :

a. Nama dan panggilan anak

b. Pandangan individu terhadap orang lain

c. Suasana keluarga yang harmonis

d. Penerimaan keluarga

3. Komponen konsep diri adalah :

a. Gambaran diri, adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik sadar maupun tidak sadar. Meliputi : performance, potensi tubuh, persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.

b. Ideal diri, adalah persepsi individu tentang perilakunya yang disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita.

c. Harga diri, adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut.

d. Peran diri, adalah pola perilaku sikap nilai dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya dimasyarakat.

e. Identitas diri, adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian sebagai sintesis semua aspek konsep diri sebagai sesuatu yang utuh.

4. Pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal

a. Nubuat yang dipenuhi sendiri

Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Bila diri kita berpikir bahwa kita bodoh, maka kita akan menjadi benar-benar bodoh. Bila pribadi kita merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka persoalan apa pun yang kita hadapi pada akhirnya dapat anda atasi. Kita berusaha hidup sesuai dengan label yang kita lekatkan pada diri kita.

Hubungan konsep diri dengan prilaku, disimpulkan dengan para pengajar berpikiran positif « You Don’t think what you are, you what you think »

Sukses komunikasi interpersonal banyak tergantung dari kualitas konsep diri anda : positif atau negatif. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (1976) ada 4 tanda orang yang memiliki konsep diri negatif, yaitu :

1) Peka pada kritik

Orang tersebut sangat tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Koreksi atau kritikan dipresepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.

2) Responsif terhadap pujian

Tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian, walaupun mungkin berpura-pura untuk menghindari pujian dan senang terhadap pujian yang diterimanya.

3) Hiperkritis

Selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan dan pengakuan pada kelebihan orang lain.

4) Merasa tidak disenangi orang lain

Merasa tidak diperhatikan. Karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat menghadirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Ia tidak mempersalahkan dirinya, tetapi mengangap dirinya sebaga korban dan sistem sosial yang tidak beres.

5) Pesimis terhadap kompetisi

Terungkap dari keengganannya uuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persainganyang merugikan dirinya

Konsep diri yang positif ditandai dengan :

1) Merasa setara atau sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi tidak rendah, walaupun terdapat perbedaan daam kemampuannya tertentu, latar belakang keluarga, dan sikap orang lain terhadapnya

2) Menerima pujian tanpa rasa malu, atau berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah

3) Menyadaro bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat

4) Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya

5) Menyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi kelompok yang kuat. Tetapi ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan dia salah

6) Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya

7) Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu lalu, dan apa yang terjadi pada waktu sekrang

8) Memiliki kenyakinan pada kemampuan mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran

9) Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain

10) Cenderung menolak orang lain untuk mendominasi

11) Sanggup mengaku kepada orang lain, bahwa ia mampu merasakan berbagi dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kecewa yang mendalam, sampai kepuasan yang mendalam pula

12) Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan meliputi pekerjaan, permaianan, ungkapan diri yang kreatif, persahabattan atau sekedar mengisi waktu

13) Peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, terutama pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.

b. Membuka diri

Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan komunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang dirinya. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. Hubungan antara konsep diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Dalam Johari Window diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita.

c. Percaya diri (self confidence)

Keinginan menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejek atau menyalahkannya. Ketakutan untuk melakukan komunikasi, disebut commication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari pergaulan.

d. Selektifitas

Konsep diri mempengaruhi prilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempresepsikan pesan tersebut, dan apa yang kita ingat. (Taylor et al, 1977)

F. Teori Johary Windows

Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Penjelasan Johari Window tentang tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita.

Joseph Luft dan Harrington Ingham , mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ’‘Jendela’’ tersebut terdiri dari matrik empat sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari.
 

DIRI TERBUKA

Open Area

Diketahui diri sendiri dan orang lain

DIRI BUTA

Blind Area

Tidak diketahui diri sendiri tetapi diketahui orang lain

DIRI RAHASIA

Hidden Area

Diketahui diri sendiri, tapi tidak diketahui orang lain

DIRI GELAP

Unknown Area

Tidak diketahui diri sendiri maupun orang lain

Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertikal sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.

Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miss komunikasi tentang kita,  yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang.

Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.

Unknown area adalah informasi yang tidak diketahui oleh orang lain dan diri kita. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman

Daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya.

Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain.

Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah pada seseorang berbeda dengan orang lain.

Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan diri (self-disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan balik (Feedback).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan antar manusia (HAM) memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan. Dengan adanya hubungan antar manusia dapat memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain, memperoleh pengetahuan dan informasi baru, menumbuhkan sikap kerjasama, menghilangkan sikap egois.

HAM adalah suatu sosiologi yang konkret karena meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru (Cabot dan Kahl, 1967).

Tujuan dari HAM adalah memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin.

Faktor - faktor yang mendasari proses interaksi dalam HAM adalah imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Sedangkan faktor – faktor yang dapat menimbulkan hubungan personal yang baik adalah rasa percaya, sikap positif, sikap terbuka dan sikap tertutup. Untuk teknik hubungan antar manusia terbagi dalam tindakan sosial, kontak sosial, komunikasi sosial, serta teori hubungan antar manusia.

B.Saran

Agar tecipta suatu hubungan yang harmonis di antara individu, maka setiap manusia harus mampu menjalin keakraban dengan manusia lainnya. Karena pada hakikatnya manusia itu merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Christina, dkk. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
  2. Tyastuti, dkk. 2008. Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Fitryamaya.
  3. Vardiyansah. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
  4. Wiryanto, DR. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.
  5. Wulandari, Diah, 2009, Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Mitra Cendikia Offset
  6. http://osdir.com/ml/culture.religion.healer.mayapada/2006-09/msg00075.html
  7. http://stikunsap.forumotion.net/build-your-knowledge-f3/interaksi-sosial-dalam-hubungan-antar-manusia-t6.htm
  8. http://www.lusa.web.id/hubungan-antar-manusia-human-relation/
  9. http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html
  10. http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia
  11. http://www.mail-archive.com/filsafat@yahoogroups.com/msg02280.html
  12. http://www.nabble.com/Tiga-Teori-Hubungan-Antar-Manusia-td6240570.html
  13. http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/09/tiga-teori-hubungan-antar-manusia.html
  14. http://wangmuba.com/tag/pengertian/
  15. http://indonesia.siutao.com/tetesan/falsafah_tao_dalam_hubungan_antar_manusia.php

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

MAKALAH PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP PERKEMBANGAN MANUSIA

pengaruh komunikasi bagi manusia BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrat manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang mempengaruhinya.

Komunikasi dapat terjadi pada siapa saja, baik antar guru dengan muridnya. Orang tua dengan anaknya, pimpinan dengan bawahannya, antara sesama karyawan dan lain sebagainya. Melakukan komunikasi merupakan bagian terpenting dari semua aktivitas, agar timbul pengertian dalam menyelesaikan tugas masing-masing.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

Komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama sehingga interaksi berjalan dengan baik. Persoalan mendasar dari masalah ini terletak pada hambatan yang muncul dalam membangun kesepahaman dan usaha mencapai tujuan secara maksimal.

Hal ini biasanya melahirkan suatu kegalauan tentang komunikasi yang baik sederhana yang dibayangkan yang kemudian menuntun pada pemikiran tentang usaha melakukan komunikasi secara efektif.

B. Maksud dan Tujuan Komunikasi

Adapun maksud tujuan komunikasi adalah :

1. Agar kita dapat berkomunikasi yang baik dengan orang lain, akan membantu seseorang mempermudah mendapat rezki, sahabat dan pelanggan

2. Semakin banyak orang yang tidak mengenal etika dalam berkomunikasi

3. Dengan mengetahui konsep, teori dan dasar-dasar praktik komunikasi yang baik, seseorang bisa menjadi pekerja komunikasi terampil dan profesional dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya.

4. Perubahan sikap (attitude change)

Seorang komunikasi setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif/negatif, dalam beberapa situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang bersikap positif sesuai keinginan kita.

5. Perubahan pendapat (opinion change)

Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator.

6. Perubahan perilaku (behavior change)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan seseorang. Misalnya kampanye kesehatan merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan setelah mengikuti kampanye tersebut si perokok berusaha menguranginya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communication yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya communius yang bermakna umum atau bersama-sama dengan demikian komunikasi menurut lexicografer (Ahli kamus bahasa) menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.

Menurut Carl I. Havland komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain. Jadi dengan demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu. Sebelum orang itu berpendapat, bersikap dan bertingkah laku yang sama dengan kita.

Menurut beberapa ahli komunikasi, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, menyampaikan pengetahuan kepada pihak lain.

B. SEJARAH KOMUNIKASI

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia.

Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.

Dan Robers pun menilai peristiwa ini sebagai generasi pertama kecakapan manusia berkomunikasi sebelum mampu mengutarakan pikirannya secara tertulis.

Menurut Rogers, sejarah perkembangan komunikasi dapat dibagi menjadi empat (4) era perubahan :

a. Era komunikasi tulisan

Diperkirakan dimulai ketika bangsa Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis dalam lembaran tanah liat sekitar 4.000 tahun SM.

b. Era komunikasi cetakan

Era ini dimulai sejak ditemukannya mesin cetak band press oleh Gutten Beng dan Jauh Coster di Jerman pada tahun 1456 dan kira-kira berlangsung selama 5.000 tahun.

c. Era telekomunikasi

Pada tahun 1844, Samule Morse menemukan alat telegraf yang pertama dan mengawali era telekomunikasi ini

d. Era komunikasi interaktif

Mulai terjadi pada pertengahan abad ke 19 dengan ditemukannya maniframe Komputer Eniac dengan 18.000 vacum tubes oleh para ahli dari universitas Pennsylvania di Amerika serikat, pada tahun 1946.

Begitu cepatnya kemajuan teknologi komunikasi berlangsung dari waktu ke waktu, telah memberikan pengaruh terhadap cara-cara manusia berkomunikasi, komunikasi telah memperpendek jarak, menghemat biaya, menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha menjembatani antara pikiran dan perasaan dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membuat cakrawala seseorang menjadi makin luas.

C. KOMUNIKASI DAN KEHIDUPAN MANUSIA

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi antar manusia inilah yang dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan tindakan komunikasi.

Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara, baik secara verbal (dalam bentuk kata-kata, lisan atau tulisan). Ataupun nonverbal (tidak dalam bentuk kata-kata ex: tingkah laku, gambar-gambar dan bentuk lainnya yang mengandung arti)

Komunikasi juga dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung komunikasi tidak langsung yaitu : tindakan komunikasi yang dilakukan tidak secara perorangan tetapi melalui medium atau alat perantara tertentu. Misalnya menyampaikan informasi melalui surat kabar, majalah, radio dan lain-lain.

Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi kehidupan manusia fungsi komunikasi adalah untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran atau perasaan hatinya kepada orang lain. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Komunikasi mempunyai dan banyak kegunaannya di dalam kehidupan manusia. Banyak contoh kejadian dalam kehidupan manusia sehari-hari yang dinyatakan dalam peristiwa sehari-hari.

a. Seorang guru mengajar tata hidang kepada murid-muridnya

b. Beberapa anak muda ngobrol sambil minum copi di cafe

c. Seorang ibu bercerita kepada anaknya

Contoh-contoh di atas memberikan gambaran bahwa komunikasi bisa terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, kelompok, keluarga atau melalui media.

BAB III

MACAM-MACAM KOMUNIKASI

1. KOMUNIKASI VERBAL

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan lambang kata-kata atau bahasa sebagai medianya, baik secara lisan maupun tulisan dalam praktek komunikasi, ada empat Ruspon verbal mendengarkan (Listening Respons) yaitu

a. Respons mendengarkan (listerning respons) untuk keberhasilan proses komunikasi, komunikator, harus menguasai respons mendengar yaitu dengan teknik :

1) Paraphrase, merupakan teknik pengembalian isi pesan kembali kepada komunikasi

2) Clarification, adalah respons mendengarkan yang digunakan oleh komunikasi untuk mendorong komunikasi agar berkata yang sebenarnya

3) Reflektion of Feeling, adalah respons mendengarkan yang berhubungan dengan perasaan atau isi pesan komunikasi (pihak yang didengarkan)

4) Summatization merupakan teknik respons dengan menyimpulkan dua parapharese atau refelection of feeling

b. Respons tindakan (action responses) dilakukan oleh komunikator setelah menghipnotis isi pesan komunikan untuk menanggapi pernyataan komunikan respons tindakan ini (action responses) bersifat lebih aktif terdiri dari

1) Probe merupakan respons tindakan berbentuk pertanyaan, respons ini lebih bersifat membuka dan terbuka. Juga digunakan untuk mendorong komunikan agar mengungkapkan dirinya lebih banyak lagi.

2) Ability potential, merupakan respons tindakan dalam bentuk pernyataan yang menunjukkan atau menggambarkan potensi komunikasi untuk melakukan sesuatu. Respons ini digunakan untuk mendorong komunikasi agar lebih aktif, sehingga timbul kepercayaan diri untuk melakukan sesuatu dan memperluas kesadaran akan kekuatan atau potensi yang dimilikinya.

3) Confrontation, adalah respons tindakan yang ditujukan untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan lain yang dihadapi lawan bicara. Fungsi dari confrontation antara lain untuk mengidentifikasi pribadi komunikan atau permasalahan pesan yang dihadapinya secara konrehensif

4)  Interpretation adalah bentuk respons tindakan verbal yang bersifat memberikan penjelasan dari pesan yang telah disampaikan oleh lawan bicara, fungsinya untuk mengidentifikasi keterkaitan antara pesan dengan tingkah laku komunikan. Artinya tingkah laku komunikan dari beberapa gambaran alternatif atau penjelasan yang berbeda.

2. KOMUNIKASI NON VERBAL

Komunikasi non verbal adalah pesan atau informasi yang tidak disampaikan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi ini biasanya terlontar dari penampilan gerakan tubuh (bahasa tubuh), kontak mata, mimik (ekspresi wajah) atau pakaian. Tube dan carter mengklasifikasi komunikasi nonverbal sebagai :

1) Body nation : adalah komunikasi nonverbal yang di ungkapkan melalui gerakan tubuh seperti gerakan tangan, kaki, ekspresi wajah, gerakan mata dan sejenisnya.

2) Tauching behavior : adalah gerakan nonverbal yang diungkapkan melalui gerakan seperti bersalaman, gerakan memegang dan sebagainya.

3) Physical characteristic : adalah komunikan nonverbal yang diungkapkan melalui bentuk fisik, seperti tinggi badan, berat badan dan warna kulit.

4) Artifact : adalah bentuk nonverbal melalui penampilan, atau penggunaan kosmetik, misal penggunaan parfum, lipstik dan sebagainya.

5) Environment factors :adalah komunikasi nonverbal yang disampaikan melalui bentuk kantor, dekorasi ruang, lantai, taman dan sejenisnya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, ada tingkah laku nonverbal yang sering mewarnai proses komunikasi dalam melakukan hubungan interpersonal yaitu kinetik, paralinguistik dan prosemik (keterlibatan individu dengan lingkungan).

a. Perilaku kinetik : meliputi gerakan tubuh (fungsi tubuh) seperti gerakan badan, gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah, gerak mata dan sebaginya. Perilaku kinetik banyak terkait dengan keadaan diri manusia sebagai sumber gerak yaitu mencakup ciri-ciri fisik seperti keadaan jasmani, berat badan, tinggi badan, kurus, gemuk dan penampilan diri secara umum.

b. Paralinguistik : Jenis komunikasi yang berkaitan dengan cara bagaimana seseorang mengucapkan atau menyampaikan pesan. Paralinguistik dapat menunjukkan bagaimana suatu pembicaraan disampaikan dan sekaligus menunjukkan tentang keadaan emosi dan sikapnya. Di sini ada beberapa isyarat vokal yang dapat disimak oleh pendengarannya antara lain meliputi tingkat suara, atau intonasi suara dan lancar tidaknya berbicara.

BAB IV

HAMBATAN KOMUNIKASI

1. HAMBATAN DARI PROSES KOMUNIKASI

Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan. Hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, kebutuhan atau kepentingan.

Hambatan dalam penyanduan/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang digunakan tidak jelas, sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama, atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio, dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. Pada situasi pasca gempa tersebut jaringan listrik dan telekomunikasi terputus sehingga untuk menyampaikan dan menyalurkan pesan baik dari para korban kepada pemerintah/tim rekonstruksi maupun sebaliknya.

Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima. Hambatan dari si penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat penerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggerakkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan lain sebagainya.

2. HAMBATAN FISIK

Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca, gangguan alat komunikasi dan lain-lain. Misalnya

a. Gangguan kesehatan karena banyak masyarakat menjadi korban baik luka berat maupun ringan akibat tertimpa reruntuhan serta kondisi mereka yang masih berada di tenda-tenda darurat sehingga keadaan fisik mereka tidak terjamin

b. Sehubungan dengan terputusnya jaringan listrik dan telekomunikasi pasca gempa di beberapa wilayah di DIY Jateng menyebabkan komunikasi terganggu

3. HAMBATAN SEMANTIK

Kata-kata atau kalimat yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang mendua dan berbeda tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima, dengan kata lain bahasa yang digunakan berbeda.

4. HAMBATAN PSIKOLOGIS

Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi dalam musibah ini komunikasi masih trauma dengan musibah yang menimpa mereka. Bencana yang telah mengambil keluar dan harta benda mereka menimbulkan dampak traumatik yang sangat tinggi sehingga pada saat diajak untuk berkomunikasi menjadi tidak nyambung bahkan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi bencana ini menimbulkan street yang berkepanjangan. Faktor psikis komunikan ini yang membuat proses rekonstruksi menjadi sulit.

Selain itu faktor prasangka merupakan penilaian yang sejak awal sudah tertanam dalam diri komunikan terhadap komunikator. Biasanya prasangka ini terlalu besar dan negatif, sehingga menjadi hambatan paling berat dalam komunikasi dalam keadaan membutuhkan akan bantuan baik berupa tenda, obat-obatan dan lain sebagainya. Korban gempa terkadang mempunyai prasangka yang negatif terhadap pihak-pihak yang akan membantu karena adanya orang-orang yang tidak mereka untuk berhati-hati terlebih dahulu terhadap orang-orang asing/dari luar daerahnya.

Misalnya : pada saat situasi pasca gempa ini banyak terjadi tindak pencurian, perampokan dan lain-lain yang meresahkan masyarakat. Banyak orang yang tidak mereka kenal keluar masuk daerah mereka tanpa alasan jelas untuk itu masyarakat menjadi berhati-hati.

DAFTAR PUSTAKA

Marhaen fahar. Ilmu komunikasi teori dan praktek penerbit: Graha Ilmu

Dra. Hj. Woerjani, M.Pd. ,Dra. Ratnawati T, M.Hum Buku bahan ajar pelayanan prima

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

MAKALAH PROSES DAN PRAKTIK KONSELING DALAM ASUHAN KEBIDANAN

konseling kebidanan RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian KIP/K

2. Perbedaan konseling dan nasehat

3. Proses konseling

4. Langkah-langkah praktik dan proses konseling dalam asuhan kebidanan

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

PEMBAHASAN

I. Pengertian KIP/K

Komunikasi Interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.

Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha bersama bidan dengan pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.

Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseli adalah orang yang mencari (membutuhkan) advis atau nasehat.

Tujuan Konseling meliputi mencapai kesehatan psikologi yang positif; memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu; membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan; membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat; adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan.

Hal-hal yang harus diperhatikan bidan sebagai konselor adalah

(1) membentuk kesiapan konseling,

(2) memperoleh informasi,

(3) evaluasi psikodiagnostik.

1. Kesiapan Konseling

Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah, dan harapan terhadap peran konselor.

Hambatan dalam persiapan konseling:

(1) penolakan,

(2) situasi fisik,

(3) pengalaman konseling yang tidak menyenangkan,

(4) pemahaman konseling kurang,

(5) pendekatan kurang,

(6) iklim penerimaan pada konseling kurang.

Penyiapan klien

(a) Orientasi pra konseling;

(b) teknik survey terhadap masalah klien;

(c) memberikan informasi pada klien;

(d) pembicaraan dengan berbagai topik;

(e) menghubungi sumber-sumber referal.

2. Memperoleh Riwayat Kasus

Riwayat kasus merupakan kumpulan informasi sistematis tentang kehidupan sekarang dan masa lalu. Riwayat kasus kebidanan, biasanya tercatat dalam rekam medis.

3.Psikodiagnostik

Psikodiagnostik meliputi pernyataan masalah klien, perkiraan sebsb-sebab kesulitan; kemungkinan teknik konseling; perkiraan hasil konseling.

 

II. Perbedaan Konseling dengan Nasehat

· Nasehat

Memberitahukan klien apa yang sebaiknya klien lakukan, menghakimi perilakunya di masa lalu dan sekarang

· Konseling

Memberikan fakta-fakta sehingga klien dapat membuat keputusan, membuat klien bertanya dan mendiskusikan masalah pribadinya.

 

III. Proses Konseling

Hubungan antara konselor dan klien adalah inti proses konseling. Proses konseling meliputi :

1. Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (rapport)

• “En rapport” mempunyai makna saling memahami dan mengenal tujuan bersama.

• Tujuannya adalah menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya.

• Beberapa teknik untuk menguasai rapport adalah

a. memberikan salam;

b. memperkenalkan diri;

c. topik pembicaraan yangs sesuai;

d. menciptakan suasanan yang aman dan nyaman;

e. sikap hangat,

f. realisasi tujuan bersama,

g. menjamin kerahasiaan,

h. kesadaran terhadap hakekat klien.

2. Pengumpulan dan pemberian informasi

Pengumpulan dan pemberian informasi merupakan tugas dari konselor. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

a. mendengar keluhan klien,

b. mengamati komunikasi nonverbal klien,

c. bertanya riwayat kesehatan,

d. latar belakang keluarga, dan masalah,

e. memberikan penjelasan masalah yang dihadapinya.

3. Perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah

• MB Apabila data telah lengkap, maka bidan membantu klien untuk memecahkan masalah atau membuat perencanaan dalam pemecahan masalahnya.

• Tahapan dalam memecahkan masalah adalah:

a. menjajagi masalah (menetapkan masalah yang dihadapi klien);

b. memahami masalah (mempertegas masalah yang sesungguhnya);

c. membatasi masalah (menetapkan batas-batas masalah);

d. menjabarkan alternatif pemecahan masalah;

e. mengevaluasi alternatif (menilai setiap alternatif dg analisis SWOT);

f. memilih alternatif terbaik;

g. menerapkan alternatif dan menindaklanjuti pertemuan.

 

IV. Langkah-Langkah Konseling

Langkah-langkah konseling terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

(a) Pendahuluan

Merupakan kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah dan menentukan jalan keluar.

(b) Bagian Inti/ Pokok

Bagian ini mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar dan melaksanakan jalankeluar tersebut.

(c) Bagian Akhir

Merupakan kegaitan akhir dari konseling yang meliputi penyompulan dari seluruh aspek kegiatan. Langkah ini merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan penetapan untuk pertemuan berikutnya.

Tujuan/ harapan dari pelayanan konseling yang telah dilakukan adalah :

(a) Peningkatan kemampuan klien dalam upaya mengenal masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah, dan manilai hasil tindakan secara tepat dan cermat.

(b) Klien memeiliki pengalaman dalam menghadapi masalah dan pelaksanaan pemecahan masalah kesehatan.

(c) Adanya kemandirian dalam pemecahan masalah

 

Sumber :

Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

MAKALAH KEGIATAN KELOMPOK SEBAGAI SALAH SATU KEGIATAN BIDAN

kegiatan kelompok bidan RUMUSAN MASALAH

A. Pengertian

B. Penggolongan kelompok sosial

C. Karakteristik Kelompok

a. Kepribadian

b. Norma

c. Kohesivitas

d. Pemenuhan Tujuan

e. Pergeseran Resiko

D. Manfaat komunikasi kegiatan kelompok

E. Faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok

F. Kepemimpinan kelompok

G. Ciri-ciri kelompok efektif

H. Pengorganisasian kegiatan kelompok

I. Strategi bidan membantu kelompok yang negative sesuai tipe kelompok

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

1. Suatu bentuk komunikasi antara dua atau lebih orang yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk satu tujuan. Orang – orang yang terlibat biasanya mengisi peran – peran dan mentaati peraturan – peraturan serta norma – norma yang secara inplisit atau eksplisit disetujui para anggotanya. (singgih, 2003).

2. Sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok besar tersebut. Contoh : kelompok, keluarga, kelompok studi dan kelompok diskusi. (sarjana komunikasi amerika).

Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka.

B. PENGGOLONGAN KELOMPOK SOSIAL (CHARLES H. COOLEY)

Primary group

Kelompok primer lebih intensif dan lebih erat antara anggotanya (face to face). Kelompok primer menjadi sangat penting karena merupakan kerangka untuk mengembangkan sifat-sifat sosial. Sifat komunikasi kelompok bercorak pada kekeluargaan dan simpati.

Secondary group

Komunikasi kelompok sekunder merupakan komunikasi dalam hubungan yang tidak langsung, tidak akrab, kurang bersifat kekeluargaan dan bersifat formal, lebih objektif.

Prinsip yang ada dalam kelompok sekunder agar efektif adalah : suasana; rasa aman dan kesadaran berkelompok.

C. KARAKTERISTIK KOMUNIKASI KELOMPOK

Kepribadian kelompok

Kelompok memiliki kepribadian kelompok sendiri, berbeda dengan kepribadian individu para anggotanya.

Norma kelompok

Norma didalam kelompok mengidentifikasikan anggota kelompok berperilaku. Tiap kelompok menetapkan sistem nilai dan konsep perilaku normatif mereka sendiri. Norma kelompok ini akan menjadi norma individu.

Napier dan Gershenfeld mengemukakan bahwa para anggota kelompok akan menerima norma kelompok apabila :

(1) Anggota kelompok menginginkan keanggotaan yang kontinyu dalam kelompok;

(2) Pentingnya keanggotaan kelompok;

(3) Kelompok bersifat kohesif, yaitu anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan dapat memenuhi kebutuhan anggotanya;

(4) Pelanggaran kelompok dihukum dengan reaksi negatif dari kelompok.

Efektivitas kelompok dilihat dari aspek produktivitas, moral, dan kepuasan para anggotanya. Produktivitas kelompok dapat dilihat dari keberhasilan mencapai tujuan kelompok. Moral diamati dari semangat dan sikap para anggotanya. Kepuasan dilihat dari keberhasilan anggota dalam mencapai tujuan pribadinya.

Kohesivitas kelompok

Kohesivitas merupakan kekuatan yang saling tarik menarik diantara anggota-anggota kelompok. Faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok antara lain:

(1) Perilaku normatif yang kuat;

(2) Lamanya menjadi anggota kelompok.

Pemenuhan tujuan

Individu memiliki tujuan yang paralel dengan tuuan kelompok. Oleh karena itu, para anggota kelompok berusaha untuk mencapai keberhasilan tujuan kelompok dan menghindari kegagalan tujuan kelompok.

Pergeseran risiko

Keputusan yang diambil kelompok akan lebih besar beresiko daripada keputusan itu diambil oleh satu kelompok. Hal ini disebabkan adanya penyebaran tanggung jawab yang terjadi di dalam proses pengambilan keputusan kelompok.

D. MANFAAT KOMUNIKASI KELOMPOK

Komunikasi kelompok digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku. Kelompok menjadi kerangka rujukan (frame of reference) dalam berkomunikasi. Kelompok menentukan cara berkata, berpakaian, bekerja, dll. Oleh karena itu, komunikasi kelompok tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari.

Menurut Handy (1985), kegunaan komunikasi kelompok adalah:

(1) Memenuhi kebutuhan sosial;

(2) Membentuk konsep diri;

(3) Memberi/ menerima dukungan dan bantuan;

(4) Berbagi dengan orang lain.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI KELOMPOK

The input – process – out put model

Input adalah sesuatu yang mempengaruhi kelompok. Proses adalah sesuatu yang terjadi dalam kelompok dan Out put adalah sesuatu yang dihasilkan kelompok.

The structural perspective

Ada tiga teori komunikasi kelompok yang diperkenalkan dalam aliran input-proses-out put model :

(a) A general organizing model, menekankan pada bagaimana kelompok memiliki energi yang digunakan untuk aktivitas pengambilan keputusan.

(b) The funcional tradition, menekankan pada kualitas kelompok, membahas kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh kelompok pada waktu pengambilan keputusan.

(c) The interactional tradition, menekankan pada aspek komunikasi yang terjadi di dalam kelompok. Bahwa ouput kelompok sangat ditentukan oleh interaksi yang terjadi dalam kelompok.

F. KEPIMPINAN KELOMPOK

Ciri-ciri kepimpinan kelompok harus mengacu pada kepentingan bersama. Syarat yang harus dipenuhi antara lain:

(a) Berorientasi pada tugas;

(b) Menggunakan waktu secara efektif;

(c) Berorientasi pada orang;

(d) Peduli pada perasaan dan masalah anggota kelompok.

Gaya kepimpinan dalam komunikasi kelompok yaitu:

1. Gaya tunggal yaitu berdasarkan pencapaian tugas yang telah ditentukan bagi kelompok

2. Gaya eklektik yaitu berdasarkan gaya-gaya yang berpusat pada anggota kelompok atau berdasarkan pembagian pada tugas.

G. CIRI-CIRI KELOMPOK YANG EFEKTIF

Ciri-ciri kelompok yang kompak adalah organisasi baik, hubungan yang baik dan riwayat keberhasilan yang baik.

Dasar pelaksanaan sumbang saran yang harus ditaati antara lain:

1. Tidak boleh melakukan penilaian ide-ide sebelum acara selesai

2. Kelompok harus beranggapan sebagai penghasil ide dan tidak merasa khawatir dengan kualitas idenya.

3. Anggota kelompok dibiarkan berpikir dengan bebas.

4. Ide-ide yang ditawarkan anggota kelompok harus dihargai dan dikembangkan.

Tahapan penyelesaian masalah pada kelompok yang kompak adalah :

1. Mengklarifikasi tugas yang harus diselesaikan

2. Mengidentifikasi solusi yang akan dilaksanakan

3. Membuat dan mengimplementasikan rencana tindakan

H. PENGORGANISASIAN KEGIATAN KELOMPOK

Langkah-langkah dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok adalah :

1. Merencanakan pengorganisasian kegiatan kelompok

2. Meliputi kegiatan

3. merencanakan masalah

4. siapa yang menjadi peserta

5. sasaran kegiatan

6. waktu pelaksanaan dan tempat kegiatan

7. metode yang digunakan; media yang digunakan

8. jenis pencairan kelompok yang digunakan

9. evaluasi kegiatan

Mempersiapkan tempat

Meliputi : mempersiapkan ruang dan perlengkapannya; persiapan alat tulis, alat bantu, materi; persiapan tempat duduk; pengeras suara; meletakkan alat bentu sesuai kebutuhan.

Melaksanakan kegiatan

Bagian-bagian kegiatan kelompok adalah :

(a) Pembukaan, menentukan jalannya presentasi/ diskusi kelompok;

(b) Bagian utama kegiatan, mencakup materi yang akan disampaikan;

(c) Bagian penutup, bagian terpenting dari seluruh kegiatan.

Mengakhiri kegiatan dapat dilakukan dengan cara: mengatakan bahwa waktu telah habis, merangkum, menunjukkan pertemuan selanjutnya, berdiri, isyarat tangan, menyampaikan catatan singkat dan memberikan tugas.

Mengevaluasi Kegiatan

Evaluasi kegiatan dapat mengetahui dan menganalisa kebutuhan peserta untuk mempersiapkan pembicaraan yang akan datang, memperbaiki pelaksanaan kegiatan yang akan datang, mengetahui dampak kegiatan kelompok dan menentukan keberhasilan kegiatan.

I. STRATEGI BIDAN UNTUK MEMBANTU KELOMPOK YANG NEGATIF SESUAI TIPE KELOMPOK

MENURUT SMITH DAN BASS (1982)

1. Menciptakan perasaan yang dimiliki

2. Menciptakan lingkungan yang peka

3. Mendorong partisipasi dan kontribusi

4. Menghargai pendapat yang berbeda

5. Menciptakan perasaan komitmen

MENURUT TARIGAN (2002)

Tipe Pasif

Strategi bidan adalah : mengajukan pertanyaan langsung pada peserta; meminta berbagi perasaan dengan pasangannya; meminta untuk menulis komentar; memberikan insentif; mengubah metode penyampaian.

Tipe Agresif

Strategi bidan adalah : mengajukan pertanyaan tentang penyebab agresif; memberi kesempatan untuk mencurahkan perasaan dirinya; tidak menggangap orang tersebut sebagai wakil kelompok; mempresentasikan data; memprakarsai diskusi secara pribadi.

Tipe Banyak Bicara

Strategi bidan adalah : memberi tanggung jawab tertentu dan memberikan kesempatan berperan sebagai pemimpin kelompok; menghindarkan pandangan atau menghadapkan tubuh pemandu ke arah peserta lain; beritahu dengan cara yang halus; memberi tugas secara tertulis.

Tipe Pesimis

Strategi bidan adalah : menjadi pendengar yang aktif; memberi jawaban yang positif; menanyakan pendapat anggota lainnya tentang pendapat orang tersebut.

Tipe Pelawak

Strategi bidan adalah : memberi tanggung jawab; mengajukan pertanyaan dan mempertimbangkan lawakannya dalam mencairkan suasana.

Referensi

Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Kelompok.

Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.

Wiryanto, 2004. Ilmu Komunikasi. PT Gramedia, Jakarta.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

MAKALAH TENTANG MENGIDENTIFIKASI KESULITAN DALAM KIP/K DAN UPAYA MENGATASINYA

kesulitan dalam konseling RUMUSAN MASALAH

a) PEMBERIAN INFORMASI EFEKTIF

b) SAAT-SAAT SULIT DALAM PENERAPAN KIP/K

c) UPAYA MENGATASI SAAT - SAAT SULIT DALAM KIP/K

d) KESULITAN SAAT KONSELING

e) UPAYA UNTUK MENGATASI KESULITAN SAAT KONSELING

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

PEMBERIAN INFORMASI DIKATAKAN EFEKTIF APABILA :

1. Informasi yang diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam membuat keputusan.

2. Informasi disesuaikan dengan situasi klien dan mudah dimengerti.

3. Memperhatikan hal - hal :

· singkat dan tepat (pilih hal – hal penting yang perlu diingat klien)

· menggunakan bahasa sederhana

· gunakan alat bantu visual saat menjelaskan

· beri kesempatan klien untuk bertanya dan minta klien untuk mengingat hal - hal penting.

SAAT - SAAT SULIT DALAM KIP/K

1. Diam

2. Klien menangis

3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien

4. Konselor melakukan kesalahan

5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien

6. Klien menolak bantuan konselor

7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor

8. Waktu yang diiliki konselor terbatas.

9. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik

10. Konselor dan klien sudah saling kenal

11. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan topik pembicaraan.

12. Klien bertanya tentang hal - hal pribadi konselor

13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.

14. Keadaan kritis.

UPAYA MENGATASI SAAT - SAAT SULIT DALAM KIP/K

1. Diam

Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini terjadi pada klien yang merasa cemas atau marah.

• Apabila terjadi pada awal pertemuan, setelah beberapa saat, sebaiknya konselor memperhatikan hal ini dengan mengatakan : misalnya “saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan”, biasanya pada awal – awal pertemuan klien –klien saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?

• Apabila klien diam karena marah, sebagai konselor anda dapat berkata : bagaimana perasaan ibu setelah berada disini sekarang?. Pertanyaan – pertanyaan ini harus diikuti dengan suasana hening selama beberapa saat, pada saat ini konselor memandang klien dan memperlihatkan sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.

• Apabila terjadi pada pertengahan pertemuan, konselor harus memperhatikan pada konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi. Mungkin hal tersebut terjadi karena klien merasa berat menceriterakan hal – hal yang pribadi atau suatu rahasia tentang dirinya atau ia tidak senang dengan sikap konselor. Pada umumnya lebih baik menunggu beberapa saat, memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun konselor merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut.

• Apabila klien diam karena sedang berfikir. Konselor tidak perlu berusaha memecahkan kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak menerima.

2. Klien menangis

Klien yang menangis tersedu – sedu membuat konselor merasa tidak nyaman. Reaksi wajar yang dapat kita lakukan adalah berusaha menenangkan, tetapi hal ini tidak selalu menguntungkan dalam konseling. Menangis bisa disebabkan karena beberapa alasan. Ada kemungkinan untuk melepaskan emosi. Dalam hal ini yang dapat dilakukan konselor adalah menunggu beberapa saat dan apabila terus menangis katakan bahwa tidak apa – apa kalau masih ingin menangis. Biasanya tangisan mereda sendiri setelah beberapa lama. Kadang – kadang menangis dilakukan untuk menarik perhatian atau untuk menghentikan pertanyaan – pertanyaan yang menyelidik lebih lanjut. Tangisan juga merupakan cara klien untuk memanipulasi konselor. Perlu ditegaskan lagi bahwa cara terbaik adalah dengan memberi kesempatan klien untuk menangis.

3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien

Kondisi ini biasanya mencemaskan, konselor merasa tidak tau harus berbuat apa. Perlu diingat bahwa fokus utama konseling adalah pada subyek atau orangnya, bukan pada masalahnya. Meskipun masalah yang dihadapi sangat sulit, seperti misalnya seorang remaja putri ingin melakukan aborsi, sementara konselor tidak mungkin memenuhi permintaan tersebut atau misalkan seorang ibu yang kehilangan bayi yang baru dilahirkannya. Dalam hal ini tidak berarti bahwa konselor tidak dapat menolong klien. Salah satu langkah yang dapat dilakukan terhadap klien yang mendesak ingin dibantu konselor dalam memecahkan masalahnya adalah dengan mengatakan pada klien bahwa meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaaan tetapi konselor akan selalu menyediakan waktu untuk klien, membantu klien saat – saat sulit. Semakin mengenal klien secara baik maka akan sangat membantu, karena pada klien dapat timbul perubahan pandangan atau pemikiran baru sehingga klien lebih siap dalam menghadapi masalahnya. Semakin lama klien mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya maka semakin memungkinkan baginya untuk memehami mengapa keadaan itu terjadi pada dirinya dan semakin menguatkan dirinya dalam menghadapi kesulitan.

4. Konselor melakukan kesalahan

Dalam banyak hal konselor dapat melakukan suatu kesalahan, konselor mungkin salah mengartikan maksud kata – kata klien, konselor mungkin tidak konsentrasi sehingga bertanya berkali – kali pada klien tentang suatu hal, konselor mungkin memberikan informasi yang salah, konselor mungkin merasa malu atau marah karena ucapan klien. Hal utama yang terpenting untuk menciptakan hubungan yang baik dengan klien adalah bersikap jujur. Menghargai klien adalah salah satu hal yang penting dalam konseling. Menghargai dan mempercayai klien dapat ditunjukkan dengan cara mengakui bahwa konselor telah melakukan kesalahan. Minta maaflah apabila salah atau keliru. Misalnya konselor dapat mengatakan : maaf saya lupa bahwa tadi ibu sudah mengatakan kalau ibu sudah memiliki tiga orang anak. Seandainya konselor tersinggung atau marah karena kata – kata klien, konselor perlu menyadari dan dapat mengatakan penyesalan. Perlu diketahui bahwa apapun reaksi emosi konselor, akan dirasakan klien. Semakin terbuka perasaan kita selama pertemuan dengan klien maka semakin terbuka pula perasaan klien.

5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien

Hal ini merupakan merupakan kecemasan yang biasa diutarakan oleh konselor. Seperti situasi sebelumnya, sudah sepantasnya mengatakan bahwa konselor tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien. Konselor dapat menunjukkan sumber lain untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mengelak pertanyaan atau menjawab tanpa dasar pengetahuan akan lebih berpengaruh negatif dalam hubungan dengan klien yang sudah terbina dengan baik, lebih baik mengakui keterbatasan pengetahuan konselor.

6. Klien menolak bantuan konselor

Pada pertemuan pertama penting sekali menjajagi mengapa dan apa yang mendasari atau mendorong klien untuk datang berkonsultasi, banyak klien yang merasa terpaksa datang, mungkin karena diperintah oleh mertua, mungkin karena takut mengetahui ada sesuatu dengan kondisi kesehatannya, dsb. Membuka pembicaraan dengan menanyakan mengapa mereka datang ke klinik akan sangat membantu . Selanjutnya, kita dapat mengatakan : ”Saya dapat mengerti perasaan ibu, saya senang ibu datang hari ini untuk mendiskusikan tentang kondisi kesehatan ibu, kita punya waktu untuk membicarakan tentang kebutuhan-kebutuhan ibu”. Kalau klien sama sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang positif, paling tidak ia sudah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin ia mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.

7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor

Kesulitan ini diucapkan klien dengan mengatakan :”Saya canggung membicarakan hal itu dengan wanita.” Saya berharap berhadapan dengan laki-laki.” Kemungkinan hal itu tidak disampaikan secara verbal, tetapi konselor dapat melihat dari sikap klien. Dalam situasi seperti ini, sebaiknya konselor mengemukakan hal ini dengan mengatakan : ”Barangkali Bapak mengharapkan akan berhadapan dengan konselor pria?”. Selanjutnya katakan :”Orang kadang-kadang awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama (atau berlawanan) jenis kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak penting apabila kita sudah semakin mengenal teman bicara kita. Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya.!” Biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai terhadap klien. Pengunaan kata-kata menunjukkan perhatian positif dan refleksi akan sangat membantu karena klien merasa diterima apapun kata-kata yang diucapkannya. Apabila klien menyampaikan sebelumnya bahwa dirinya menghargai konselor yang sama (atau berbeda) jenis kelaminnya, hal itu bisa dipenuhi apabila memungkinkan. Tetapi pada kenyataannya berhadapan dengan seseorang dengan jenis kelamin berbeda dan menjadi masalah bagi klien, merupakan latihan yang baik bagi klien. Karena itu sebelumnya konselor harus dapat melihat apakah klien betul-betul mau mencoba.

8. Waktu yang diiliki konselor terbatas.

Sebaiknya sejak awal pertemuan klien mengetahui berapa lama waktu konselor yang tersedia untuk dia. Ada saat di mana konselor tidak memiliki waktu sebanyak biasanya. Karena itu konselor sebaiknya memberikan informasi tersebut beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan sebab keterbatasan waktunya dan menunjukkan bahwa konselor mengharapkan bertemu klien pada pertemuan selanjutnya. Meskipun waktunya sebentar , dapat diperoleh suatu hasil pembicaraan seperti halnya demonstrasi bermain peran peserta. Lebih baik memanfaatkan sedikit waktu yang ada daripada meminta klien pergi.

9. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik

Kadang-kadang ”rapport” yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan berarti konseling harus diakhiri atau mengirimkan klien kepada konselor lain. Akan lebih baik konselor minta pendapat kepada teman sesama petugas di kliniknya untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor merasa ditolak klien. Segala kemungkinannya perlu dijajagi. Salah satu aspek penting dari pelatihan adalah bahwa konselor belajar mengatasi situasi yang tidak nyaman bagi dirinya sebelum konseling yang sesungguhnya dilakukan. Mengirim atau meminta klien pergi tidak akan membantu, tetapi mungkin berpengaruh buruk pada klien. Lebih baik mencoba melanjutkan konseling, terutama dengan membuat klien merasa llebih nyaman tentang dirinya sendiri.

10. Konselor dan klien sudah saling kenal

Pada kelompok masyarakat kecil biasanya antara konselor dan klien sudah saling kenal. Kalau hubungan ini biasa-biasa saja(tidak terlalu akrab), konselor dapat melayani seperti pada umumnya, tetapi perlu ditekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga, dan konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap di luar konseling terhadap klien sebagai temannya. Apabila hubungan konselor dan klien sudah sangat akrab, perlu disampaikan pada klien bahwa lebih baik pindah ke konselor lain yang melayani konseling berdasarkan pengalaman, hubungan akrab ini dapat sangat mempengaruhi jalannya konseling.

11. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan topik pembicaraan.

Situasi ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara, tetapi sama-sama menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi konselor. Apabila klien terus-menerus mengulang pembicaraan , setelah beberapa saat perlu dipotong pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan saya, bu, apakah ibu tegang atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu menyatakan sesuatu hal yang sama berulang-ulang, apakah ada kesulitan yang disampaikan ?” Pertanyaan seperti ini membantu klien memfokuskan kembali percakapan.

12. Klien bertanya tentang hal - hal pribadi konselor

Hubungan konselor-klien adalah hubungan profesional, bukan hubungan sosial. Hal ini penting karena dengan demikian konselor bersikap berbeda dengan sikap orang lain dalam kehidupan klien. Hal ini mungkin sulit dimengerti klien pada awalnya, terutama kalau konselor bersikap akrab dan hangat. Resiko dari hubungan seperti ini adalah konselor mendapat pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi dari klien yang harus dijawab. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan karena beberapa alasan. Hal ini akan mengalihkan perhatian konselor dari klien. Hal ini akan mengarah pada serangkaian pertanyaan yang pada awalnya bersifat ringan saja, lama kelamaan pertanyaan akan menjurus kepada masalah-masalah pribadi yang tidak ingin dijawab konselor. Hal ini akan menimbulkan salah pengertian pada klien, seakan ada hal yang salah pada konselor atau pada klien karena perhatian pada masalah tersebut. Kadang-kadang klien ingin tahu apakah konselor pernah mengalami hal yang sama. Jawaban ”YA” akan membuat klien tidak yakin konselor dapat menolong. Sementara kalau dijawab ”TIDAK” klien akan merasa konselor tidak tahu masalahnya. Akan lebih baik apabila ada pertanyaan-pertanyaan pribadi konselor yang menyatakan bahwa kalau konselor bercerita tentang dirinya tidak akan membantu klien , oleh karena itu lebih baik tidak bercerita. Klien akan menerima aturan ini. Hal ini akan lebih baik daripada menjawab sebagian saja dari pertanyaan klien, bukan semuanya, atau lebih-lebih mengelak karena akan merusak kepercayaannya/keterbukaan klien terhadap konselor.

13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.

14. Keadaan kritis.

KESULITAN SAAT KONSELING

Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama konselor pemula. Antara lain :

1. Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini

2. Lebih banyak mengajar daripada membina hubungan

3. Penerimaan yang berlebihan

4. Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman.

5. Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling.

6. Merenungkan setelah sesi yang sulit.

UPAYA UNTUK MENGATASI KESULITAN SAAT KONSELING

1. Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri maka akan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan bidan sendiri.

2. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk mempermudah penerimaan klien.

3. Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada semua klien dengan bermacam karakter dan keterbatasan mereka.

4. Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.

Kearifan merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif tertentu yg secara langsung pada ketrampilan dan pemahaman hidup. Karakteristiknya meliputi :

a) Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa, deotomatisasi (menolak kecenderungan kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).

b) Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks, situasi, berorientasi pada perubahan yang bermanfaat.

SUMBER :

1. MNH, 2002, Modul Pelatihan Keterampilan KIP/K

2. Prayitno, 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

3. Corey G, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi

4. Jalaluddin Rahmat, 2004, Psikologi Komunikasi

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

MAKALAH STRATEGI MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLIEN

konseling kebidanan Latar belakang

Kemampuan dan ketrampilan dalam membuat keputusan, terutama dalam masalah kedaruratan merupakan hal yang sangat penting. Dalam konseling, pengambilan keputusan mutlak ada di tangan klien, sedangkan bidan membantu klien supaya keputusan yang diambil merupakan suatu keputusan yang tepat.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

Rumusan Masalah

1. Teori Inti Pengambilan Keputusan

2. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

3. Jenis keputusan

4. Jenis Pengambilan Keputusan

5. Elemen dasar pengambilan keputusan

 

PEMBAHASAN

4 strategi yang dapat membantu klien dalam pengambilan keputusan

1. Membantu klien kemungkinan meninjau pilihannya.

Beri kesempatan klien untuk meninjau kembali beberapa alternatif pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.

2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan.

Melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekwensi negatif.

3. Membantu klien mengevaluasi pilihan.

Setelah klien menetapkan pilihannya, bantu klien untuk mencermati pilihannya.

4. Membantu klien menyusun rencana kerja untuk menyelesaikan masalahnya.

Pengambilan keputusan menggunakan 3 K yaitu mempertimbangkan kondisi, kehendak dan konsekuensinya.

1. identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien

2. susunlah daftar kehendak / pilihn keputusan

3. untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya baik yang positif maupun yang negatif.

1. TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:

(1) Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.

(2) Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.

(3) Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.

(4) Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.

INTI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.

Lingkungan Situasi Keputusan

Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/ agen tidak bergairah.

Upaya-Upaya Pengambilan Keputusan

(1) Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya;

(2) Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan;

(3) Membantu klien mengevaluasi pilihan;

(4) Membantu klien menyusun rencana kerja.

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN FISIK

Didasarkan pada rasa yang alami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

Emosional

Didasarkan pd perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.

Rasional

Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

Praktikal

Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.

Interpersonal

Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.

Struktural

Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

3. JENIS-JENIS KEPUTUSAN

Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.

Keputusan yang diprogram

Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).

Keputusan yang tidak diprogram

Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).

Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.

Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):

Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg melekat pd keputusan tsb.

Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian):

Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa.

Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):

Tahap-tahap: Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak; Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.

Persoalan inventori sederhana dalam keadaan ada resiko:

Kriteria nilai harapan (expected value) yang telah digunakan di atas juga diterapkan untuk memecahkan persoalan inventori sederhana.

Pengambilan keputusan dalam suasana konflik (game theory):

Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap dan bertujuan memenangkan persaingan/ kompetisi.

4. JENIS-JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(1) Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.

(2) Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan.

(3) Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera dilaksanakan.

(4) Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.

(5) Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain yang bertanggung jawab.

(6) Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.

5. ELEMEN-ELEMEN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Menetapkan tujuan

Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.

Mengidentifikasi permasalahan

Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien, dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.

Mengembangkan sejumlah alternatif

Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik intern maupun ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif. Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.

Penilaian dan pemilihan alternatif

Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.

Melaksanakan keputusan

Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997). Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).

Evaluasi dan pengendalian

Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).

 

Referensi

http://www.fk.undip.ac.id/pengembangan-pendidikan/78-clinical-reasoning-dan-berpikir-kritis.html.

Saraswati. 2002.Komunikasi Efektif. Penulis Modul: Jakarta.

Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.

Uripni. 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.

www.studygs.net/indon/problem1.htm pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

http://www.lusa.web.id/

http://enyretnaambarwati.blogspot.com/

klana.files.wordpress.com/2007/06/teori-pengambilan-keputusan.ppt

http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/elemen-elemen-dasar-dalam-pengambilan.html Elemen Dasar dalam Pengambilan Keputusan

http://aishalife-line.blogspot.com/2009/06/dokter-dan-pasien.html.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/