Kemampuan dan ketrampilan dalam membuat keputusan, terutama dalam masalah kedaruratan merupakan hal yang sangat penting. Dalam konseling, pengambilan keputusan mutlak ada di tangan klien, sedangkan bidan membantu klien supaya keputusan yang diambil merupakan suatu keputusan yang tepat.
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/
Rumusan Masalah
1. Teori Inti Pengambilan Keputusan
2. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
3. Jenis keputusan
4. Jenis Pengambilan Keputusan
5. Elemen dasar pengambilan keputusan
PEMBAHASAN
4 strategi yang dapat membantu klien dalam pengambilan keputusan
1. Membantu klien kemungkinan meninjau pilihannya.
Beri kesempatan klien untuk meninjau kembali beberapa alternatif pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan.
Melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekwensi negatif.
3. Membantu klien mengevaluasi pilihan.
Setelah klien menetapkan pilihannya, bantu klien untuk mencermati pilihannya.
4. Membantu klien menyusun rencana kerja untuk menyelesaikan masalahnya.
Pengambilan keputusan menggunakan 3 K yaitu mempertimbangkan kondisi, kehendak dan konsekuensinya.
1. identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien
2. susunlah daftar kehendak / pilihn keputusan
3. untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya baik yang positif maupun yang negatif.
1. TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
(1) Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.
(2) Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
(3) Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.
(4) Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.
INTI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.
Lingkungan Situasi Keputusan
Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/ agen tidak bergairah.
Upaya-Upaya Pengambilan Keputusan
(1) Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya;
(2) Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan;
(3) Membantu klien mengevaluasi pilihan;
(4) Membantu klien menyusun rencana kerja.
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN FISIK
Didasarkan pada rasa yang alami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
Emosional
Didasarkan pd perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
3. JENIS-JENIS KEPUTUSAN
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):
Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg melekat pd keputusan tsb.
Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian):
Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa.
Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):
Tahap-tahap: Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak; Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.
Persoalan inventori sederhana dalam keadaan ada resiko:
Kriteria nilai harapan (expected value) yang telah digunakan di atas juga diterapkan untuk memecahkan persoalan inventori sederhana.
Pengambilan keputusan dalam suasana konflik (game theory):
Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap dan bertujuan memenangkan persaingan/ kompetisi.
4. JENIS-JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
(1) Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
(2) Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan.
(3) Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
(4) Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
(5) Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain yang bertanggung jawab.
(6) Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.
5. ELEMEN-ELEMEN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
Mengidentifikasi permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien, dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.
Mengembangkan sejumlah alternatif
Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik intern maupun ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif. Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.
Penilaian dan pemilihan alternatif
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.
Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997). Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).
Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).
Referensi
http://www.fk.undip.ac.id/pengembangan-pendidikan/78-clinical-reasoning-dan-berpikir-kritis.html.
Saraswati. 2002.Komunikasi Efektif. Penulis Modul: Jakarta.
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.
Uripni. 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.
www.studygs.net/indon/problem1.htm pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
http://www.lusa.web.id/
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/
klana.files.wordpress.com/2007/06/teori-pengambilan-keputusan.ppt
http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/elemen-elemen-dasar-dalam-pengambilan.html Elemen Dasar dalam Pengambilan Keputusan
http://aishalife-line.blogspot.com/2009/06/dokter-dan-pasien.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar