POKOK BAHASAN :
2. Etiologi
3. Pemeriksaan Infertilitas
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil
5. Masalah yang Timbul pada Infertil
6. Manajemen Kebidanan pada Infertil
7. Penanganan dan Pengobatan pada Infertil
PENDAHULUAN
Infertilitas merupakan kekurangmampuan sepasang suami istri untuk mendapatkan keturunan walaupun sudah melakukan hubungan seksual secara teratur, tanpa kontrasepsi dan dalam periode satu tahun.1 Infertilitas terbagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder.2 Jika istri belum pernah hamil sama sekali dan dialami sejak awal mereka menikah maka disebut infertilitas primer. Dan jika istri pernah hamil tapi tidak mengalami kehamilan lagi walaupun bersenggama secara teratur maka disebut infertilitas sekunder. Infertilitas sekunder dialami sepasang suami istri yang pernah mengalami proses pembuahan setelah menikah.
Steinberger dan sherins mengemukakan, pasangan masing-masing anggota pasangan mungkin tidak infertil kalau berpasangan dengan anggota lain. Dalam praktek, dapat dilihat, kalau pasangan infertil bercerai, masing - masing kawin lagi, kemudian mereka mendapat keturunan. Atau, istri yang menjadi hamil setelah inseminasi buatan dengan mani donor yang lebih baik dari pada mani suaminya. Jadi, setiap anggota pasangan infertil memiliki potensi fertilitas tertentu.
Apabila banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira – kira 3 juta pasangan infertil di Indonesia.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak ( adopsi ), poligini, atau bercerai. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan cara inseminasi buatan donor, “ bayi tabung “, atau membesarkan janin di rahim wanita lain.
URAIAN MATERI
XIII. Asuhan Kebidanan pada Infertil
8.1. Pengertian Infertil
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, infertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Agar seorang istri dapat hamil dilakukan penyelidikan pada pasangan infertil.
Lamanya waktu penyelidikan yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0% dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan pada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.
8.2. Etiologi
Penyebab infertilitas pada perempuan dan laki – laki adalah sebagai berikut :
1. Penyebab kemandulan pada perempuan.
Gangguan yang paling sering dialami perempuan mandul adalah gangguan ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.
Gangguan lain yang bisa menyebabkan kemandulan pada wanita adalah :
a. Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena infeksi, endometriosis dan operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
b. Gangguan fisik rahim.
c. Umur.
d. Stress.
e. Kurang gizi.
f. Terlalu gemuk dan terlalu kurus.
g. Merokok.
h. Alkohol.
i. Penyakit menular seksual.
j. Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan hormon.
2. Penyebab Kemandulan pada Laki – Laki
a. Gangguan pada pabrik sperma, sehingga sel sperma yang dihasilkan sedikit atau tidak sama sekali.
b. Gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya. Masalah ini biasanya disebabkan oleh karena bentuk sperma yang tidak normal sehingga pergerakannyapun tidak normal.
Penyebab risiko kemandulan pada laki – laki :
a. Suka minum alkohol.
b. Suka menggunakan narkoba.
c. Polusi udara.
d. Merokok.
e. Masalah kesehatan lainnya.
f. Obat – obatan yang tidak jelas.
g. Penggunaan radiasi dan kemoterapi untuk pengobatan kanker.
h. Umur.
8.3. Pemeriksaan Infertilitas
Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, yaitu :
1. Uji Pascasenggama
Walaupun uji Sims – Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal di seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secra seragam. Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya standarisasi cara melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukannya pada tengah siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum meningkatnya suhu basal badan yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada kesepakatan berapa hari abstinensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan menganjurkan 2 hari. Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan pemeriksaan itu dilakukan setelah senggama. Menurut kepustakaan, ada yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah 8 hari. Sebagaimana telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat dampai pada lendir serviks segera setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya sampai 8 hari. Menurut Denezis uji pascasenggama baru dapat dipercaya kalau dilakukan dalam 8 jam setelah senggama. Perloff melakukan penelitian pada golongan fertil dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil yang antara kedua golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam setelah senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pascasenggama dilakukan secepatnya setelah senggama. Davajan menganjurkan 2 jam setelah senggama, walaupun penilaian secepat itu tidak akan sempat menilai ketahanan hidup spermatozoa dalam lendir serviks.
2. Histeroskopi
Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam fisiologik, atau gas CO2.
Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat :
a. Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi.
b. Riwayat abortus habitualis.
c. Duaan adanya mioma atau polip submukosa.
d. Perdarahan abnormal dari uterus.
e. Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk menempatkan kateter sebagai splint pada bagian proksirnal tuba.
3. Pemeriksaan Hormonal
Hasil pemeriksaan hormonal dengan RIA harus selalu dibandingkan dengan nilai normal masing – masing laboratorium.
Pemeriksaan FSH berturut – turut untuk memeriksa kenaikan FSH tidak selalu mudah, karena perbedaan kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali pada tengah – tengah siklus haid ( walaupun masih kurang nyata dibandingkan dengan puncak LH ). Pada fungsi ovarium tidak aktif, nilai FSH yang rendah sampai normal menunjukkan kelainan pada tingkat hipotalamus atau hipofisis. Sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kelainan primernya pada ovarium.
4. Sitologi Vaginal Hormonal
Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel – sel yang terlepas dari selaput lendir vagina, sebagai pengaruh hormon – hormon ovarium (estrogen dan progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada seluruh siklus haid.
Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :
a. Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik yang khas pada fase proliferasi.
b. Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran sistologik pada fase luteal lanjut.
c. Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik ovulasi yang khas.
d. Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak berovulasi.
8.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil
1. Pada Perempuan
a. Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang menyebabkan :
1. Kegagalan ovulasi.
2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
4. Kegagalan gerakan ( motilitas ) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa mencapai uterus.
b. Sumbatan
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira– kira sepertiga dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan
1. Kelainan kongenital.
2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.
3. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.
c. Faktor Lokal
Keadaan – keadaan seperti :
1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.
2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma.
3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi pertemuan sperma ayau ovum.
2. Pada Laki – Laki
a. Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminel.
2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek kepala ( caput ) atau ekor ( cauda ) yang spesifik. Keadaan ini mungkin karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat ditetapkan.
3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml.
4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH – nya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
b. Obstruksi
1. Sumbatan ( oklusi ) kongenital duktus atau tubulus.
2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit peradangan ( inflamasi ) akut atau kronis yang mengenai membran basalais atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi
1. Faktor – faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis sperti pada priapismus atau penyakit Peyronie.
2. Faktor – faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.
3. Alkoholisme kronik.
d. Faktor Sederhana
Kadang – kadang faktor – faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat.
8.5. Masalah yang Timbul pada Infertilitas
1. Masalah air mani pada laki – laki
Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam tabung gelas bersih yang bermulut lebar ( atau gelas minum ), setelah abstinensi 3 – 5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien sendiri, kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan. Air mani yang dimasukkan ke dalam kondom dahulu, yang biasanya mengandung zat spermatisid, akan mengelirukan penilaian motilitas spermatozoa.
Karakteristik air mani :
a. Koagulasi dan likuefaksi.
b. Viskositas.
c. Rupa dan bau.
d. Volume.
e. PH.
f. Fruktosa.
2. Masalah Serviks pada Perempuan
Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam reproduksi manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims pada tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan infertilitas, melakukan pemeriksaan lendir serviks pascasenggama, dan melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhrer memperkenalkan uji pasca senggama yang dilakukan pada pertengahan siklus haid.
Serviks biasanya mengarah ke bawah – belakang, sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian itu memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada forniks posterior.
Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan – lekukan seperti kelenjar yang mengeluarkan lendir, sebagian dari sel – sel epitelnya mempunyai silia yang mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti itu memungkinkan ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari kemungkinan fagositosis, dan juga erjaminnya penyampaian spermatozoa ke dalam kanalis servikalis secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
8.6. Manajemen Kebidanan pada Infertil
1. Air Mani yang Abnormal
Air mani disebut abnormal kalau pada tiga kali pemeriksaan berturut – turut hasilnya tetap abnormal. Nasihat terbaik bagi pasangan dengan air mani abnormal adalah melakukan senggama berencana pada saat – saat subur istri.
Adapun air mani abnormal yang masih dapat diperbaiki itu kalau disebabkan oleh varikokel, sumbatan, infeksi, defisiensi gonadotropin atau hiperprolaktinemia.
2. Verikokel
Motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu terdapat pada pria dengan varikokel. Menurut McLeod, motilitas spermatozoa yang kurang itu dapat ditemukan pada 90% pria dengan verikokel, sekalipun hormon gonad dan varikokelektomi tidak berhubungan dengan besar kecilnya varikokel. Adanya varikokel disertai motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu dianjurkan untuk dioperasi. Kira – kira dua pertiga pria dengan varikokel yang dioperasi akan mengalami perbaikan dlaam motilitas spermatozoanya.
3. Sumbatan Vasdifferen
Pria yang tersumbat vasnya akan mempertunjukkan azoospermia, dengan besar testikel dan kadar FSH yang normal. Dua tanda terakhir ini sangat konsisten untuk spermatogenesis yang normal. Operasi vasoepididimostomi belum memuaskan hasilnya. Walaupun 90% dari ejakulasinya mengandung spermatozoa, akan tetapi angka kehamilannya berkisar 5 – 30%.
4. Infeksi
Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan testis, sehingga pria yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi infeksi yang menahun mungkin hanya menurunkan kualitas spermatozoa \, dan masih dapat diperbaiki menjadi seperti semula dengan pengobatan. Air mani yang selalu mengandung banyak lekosit, apalgi kalau disertai gejala disuria, nyeri pada waktu ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, patut diduga karena infeksi menahun traktus genitalis.
DAFTAR PUSTAKA
- Sarwono Prawirohardjo. Yayasan Bina Pustaka. Ilmu Kandungan. Jakarta, 2002.
- Sylvia Verallis. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta, 1997.
- Manuaba, I.B.G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar