adf.ly

Sabtu, 16 April 2011

Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil Trimester I, II dan III

TRIMESTER I

Sekarang wanita merasa sedang hamil dan perasaannya pun bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini dipengaruhi oleh keluhan umum seperti lelah, lemah, mual, sering buang air kecil, membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya perubahan emosi yang sering terjadi adalah mudah menangis, mudah tersinggung, kecewa penolakan, dan gelisah serta seringkali biasanya pada awal kehamilan ia berharap untuk tidak hamil.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

Pada trimester ini adalah periode penyesuaian diri, seringkali ibu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. ibu sering merasa ambivalen, bingung, sekitar 80% ibu melewati kekecewaan, menolak, sedih, gelisah. Kegelisahan timbul karena adanya perasaan takut, takut abortus atau kehamilan dengan penyulit, kematian bayi, kematian saat persalinan, takut rumah sakit, dan lain-lain. Perasaan takut ini hendaknya diekspresikan sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan banyak orang yang membantu dan member perhatian. Oleh karena itu sangat penting adanya keberanian wanita untuk komunikasi baik dengan pasangan, keluarga meupun bidan.

Sumber kegelisahan lainnya adalah aktivitas seks dan relasi dengan suami. Wanita merasa tidak mempunyai daya tarik, kurang atraktif adanya perubahan fisik sehingga menjadi tidak percaya diri. Kebanyakan wanita mengalami penurunan libido pada periode ini. Keadaan ini membutuhkan adanya komunikasi yang terbuka dan jujur dengan suami. Perubahan psikologi ini menurun pada trimester 2 dan meningkat kembali pada saat mendekati persalinan.

Kegelisahan sering dibarengi dengan mimpi buruk, firasat dan hal ini sangat mengganggu. Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman akan kehamilan, bahaya/risiko,komitmen untuk menjadi orang tua, pengalaman hamil akan membuat wanita menjadi siap. Perasaan ambivalen akan berkurang pada akhir trimester 1 ketika wanita sudah menerima/ menyadari bahwa dirinya hamil dan didukung oleh perasaan aman untuk mengekspresikan perasaannya.

Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi ayah adalah timbulnya perasaan bangga atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena takut mencederai janin.

2. TRIMESTER II

Periode ini sering disebut periode sehat (radian health) ibu sudah bebas dari ketidaknyamanan. Selama periode ini wanita sudah mengharapkan bayi. Dengan adanya gerakan janin, rahim yang semakin membesar, terlihatnya gerakan bayi saat di USG semakin meyakinkan dia bahwa bayinya ada dan dia sedang hamil. Ibu menyadari bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dari dirinya oleh karena itu sekarang ia lebih fokus memperhatikan bayinya. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Sebelum adanya gerakan janin ia berusaha terlihat sebagai ibu yang baik, dan dengan adanya gerakan janinia menyadari identitasnya sebagai ibu. Hal ini menimbulkan perubahan yang baik seperti kontak sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya, adanya gelar calon ibu baru, ketertarikannya pada kehamilan dan persalinan serta persiapan untuk menjadi peran baru.

Kebanyakan wanita mempunyai libido yang meningkat dibandingkan trimester I, hal ini terjadi karena ketidaknyamanan berkurang, ukuran perut tidak begitu besar.

3. TRIMESTER III

Periode ini sering disebut priode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya, menunggu tanda-tanda persalinan. Perhatian ibu berfokur pada bayinya, gerakan janin dan membesarnya uterus mengingatkan pada bayinya. Sehingga ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya, cedera dan akan menghindari orang/hal/benda yang dianggapnya membahayakan bayinya. Persiapan aktif dilakukan untuk menyambut kelahiran bayinya, membuat baju, menata kamar bayi, membayangkan mengasuh/merawat bayi, menduga-duga akan jenis kelaminnya dan rupa bayinya.

Pada trimester III biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri persalinan, dan ibu tidak akan pernah tahu kapan ia akan melahirkan. Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu merasa dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah tersinggung serta merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa sedih akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil, disinilah ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami, bidan dan keluarganya.

Masa ini disebut juga masa krusial/penuh kemelut untuk beberapa wanita karena ada kritis identitas, karena mereka mulai berhenti bekerja, kehilangan kontak dengan teman, kolega (Oakley, dalam Sweet,1999). Mereka merasa kesepian dan terisolasidi rumah. Wanita mempunyai banyak kekhawatiran seperti tidakan meedikalisasi saat persalinan, perubahan body image merasa kehamilannya sangat berat, tidak praktis, kurang atraktif, takut kehilangan pasangan. Bidan harus mampu mengkaji dengan teliti/hati-hati sejumlah stres yang dialami ibu hamil, mampu menilai kemampuan coping dan memberikan dukungan.

 

IV. MENGURANGI DAMPAK PSIKOLOGIS IBU HAMIL TRIMESTER I, II, DAN III

1. Support Keluarga

Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang – orang terdekat.

A. Suami

a). Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan.

b). Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya.

Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul “What Your Partner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilannya.

c). Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin seorang suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan mengajak istri jalan-jalan ringan, menemahi istri ke dokter untuk memeriksakan kehamilannya serta tidak membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan suami tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang bermakna, dan ada tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya.

 

Menurut penelitian di Indonesia

Dukungan suami yang diharapkan istri:

1. Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri

2. Suami senang mendapat keturunan

3. Suami menunjukkan kebahagian pada kehamilan ini

4. Suami memperhatikan kesehatan istri yakni menanyakan keadaan istri/janin yang dikandung

5. Suami tidak menyakiti istri

6. Suami menghibur/ menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi istri

7. Suami menasihati istri agar istri tidak terlalu capek bekerja

8. Suami membantu tugas istri

9. Suami berdoa untuk kesehatan istrinya dan keselamatannya

10.Suami menungu ketika istri melahirkan

11.Suami menunggu ketika istri di operasi

 

B. Keluarga

Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif sangat berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil. Wanita hamil sering kali mempunyai ketergantungan terhadap orang lain disekitarnya terutama pada ibu primigravida. Keluarga harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.

Dukungan Keluarga Dapat Berbentuk :

  • Ayah – ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan ini
  • Ayah – ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini
  • Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
  • Adanya ritual adat istiadat yang memberikan arti tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan

D. Lingkungan

Dukungan Lingkungan Dapat Berupa :

  1. Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu – ibu pengajian/ perkumpulan/ kegiatan yang berhubungan dengan sosial/ keagamaan
  2. Membicarakan dan menasehati tentang pengalamaan hamil dan melahirkan
  3. Adanya diantara mereka yang bersedia mengantarkan ibu untuk periksa
  4. Menunggui ibu ketika melahirkan
  5. Mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil

 

2. Support Tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannnya melalui dukungan :

F Aktif : melalui kelas antenatal

F Pasif : dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah untuk berkonsultasi.

Tenaga kesehatan harus mampu mengenali tentang keadaan yang ada disekitar ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu:bapak, kakak, dan pengunjung.

 

3. Rasa Aman Nyaman Selama Kehamilan

Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami kepada kehamilan akan mempererat hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang ngidam, mengingatkan minum tablet besi, maupun membantu ibu malakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil. Walaupun suami melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang tinggi dalam meningkatkan keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.

 

4. Persiapan Menjadi Orang Tua

  • Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap sebagai masa transisi atau peralihan
  • Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran yang baru, serta ketidak pastian yang terjadi sampai peran yang baru ini dapat disatukan dengan anggota keluarga yang baru.

Peran orang tua sebagai proses peralihan yang berkelanjutan :

1) Peralihan menjadi orang tua merupakan suatu proses dan bukan suatu keadaan statis

2) Berawal dari kehamilan dan merupakan kewajiban menjadi orang tua dimulai

 

Peran orang tua sebagai krisis dibandingkan sebagai masa peralihan :

1) Perubahan ini dianggap suatu krisis apabila sangat hebat, sangat mengganggu dan merupakan perubahan negatif

2) Perubahan kebiasaan yang mengganggu seperti:

- Perubahan kehidupan seksual

- Pola tidur dan lain - lain

 

Hal- hal yang perlu diperhatikan terhadap kehadiran dari bayi baru lahir adalah:

- Temperamen

- Cara pasangan mengartikan stres dan bantuan

- Bagaimana mereka berkomunikasi dan mengubah peran sosial mereka

 

Peralihan menjadi orang tua

Fase Penantian:

1. Berkaitan dampaknya pada kehamilan

2. Calon orang tua perlu menyelesaikan tugasnya untuk menjadi orang tua, misalnya : pembagian tugas dalam keluarga

3. Pasangan dalam fase ini akan mengalami perasaan yang hebat, tantangan, dan tanggung jawab.

 

Fase bulan madu

1. Sangat berdampak pada masa puerpurium, perlu mendapat perhatian pada askebnya

2. Bersifat psikis dan bukan merupakan saat damai dan gembura

3. Hubungan antar pasangan memiliki peran penting dalam membina hubungan baru dengan bayi

4. Merupakan fase yang beratà adaptasi dengan anggota baru

 

5. PERSIAPAN SIBLING

SIBLING (KAKAK-KAKAK)

  • Respon kakak-kakak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan
  • Biasanya balita kurang sadar akan adanya kelahiran
  • Mereka mungkin melihat “pendatang baru” itu sebagai saingan atau mereka takut akan kehilangan kasih sayang orang tua
  • Tingkah laku negatif mungkin muncul dan merupakan petunjuk derajat stress pada kakak-kakak ini
  • Tingkah laku negatif ini mungkin berupa masalah tidur, peningkatan upaya menarik perhatian, kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti ngompol, atau menghisap jempol.
  • Beberapa anak mungkin memperlihatkan tingkah laku bermusuhan terhadap sang ibu, terutama bial ibu menggendong bayi atau memeberi makan
  • Tingkah laku ini merupakan manifestasi rasa iri dan frustasi yang dirasakan kakak-kakak ini bila mereka melihat perhatian sang ibu diberikan kepada orang lain.
  • Orang tua harus mencari kesempatan-kesempatan untuk menegaskan kembali kasih sayang mereka untuk kakak yang sedang rapuh ini
  • Anak prasekolah mungkin akan lebih banyak melihat daripada menyentuh
  • Sebagian besar akan menghabiskan waktu dekat dengan bayi dan berbicara kepada ibu tentang bayi ini
  • Lingkungan yang relaks dan biasa tanpa dibatasi waktu yang akan mempermudah interaksi anak-anak yang muda dengan bayi
  • Sang kakak harus diberikan perhatian khusus oleh orang tua, pengunjung dan bidan yang sepadan dengan yang diberikan kepada bayi baru

Adaptasi kakak

Balita

  • Bagaimana cara kakak menyesuaikan diri dengan kelahiran bayi akan sangat bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan anak-anak
  • Anak-anak yang sangat muda, 2 tahun atau kurang, tidak menyadari perubahan pada ibunya yang sedang hamil dan tidak mengerti bahwa akan lahir seorang adik laki-laki atau perempuan karena balita belum mempunyai persepsi waktu
  • Banyak orang tua yang menangguhkan pemberitahuan sampai dekat dengan saat kelahiran
  • Meskipun sulit untuk mempersiapkan anak yang masih sangat muda untuk menyongsong kelahiran bayi, seorang bidan dapat memberikan saran yang membantu

o Pertama, segala perubahan dalam susunan tidur bersama harus dibuat beberapa minggu sebelum kelahiran supaya balita tersebut tidak merasa disingkirkan oleh bayi yang baru

  • Kedua, orang tua dapat mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan mereka untuk menanyakan balita tersebut apakah dia iri dan menyesali adanya adik, apabila si balita harus dapat berbagi waktu dan perhatian dengan si bayi
  • Hanya apabila si balita merasa aman terhadap kasih sayang orang tuanya, baru dapat diharapkan seorang anak berumur 2 tahun dapat menyongsong kedatangan “orang lain”
  • Sangat penting diyakinkan secara berulang kali yang utama bagi orang tua adalah kasih sayang mereka kepada si balita
  • Dapat diajarkan kepada orang tua untuk menerima perasaan kuat/hebat yang diperlihatkan balita, seperti marah, iri atau kesal, tanpa menghakimi dan selalu memperkuat kasih sayang terhadap anak tersebut

Anak yang lebih tua

  • Anak yang lebih tua, dari usia 3-12 tahun, lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya dan mungkin menyadari akan terjadinya kelahiran bayi
  • Anak-anak ini mungkin akan tertarik untuk memperhatikan perut ibu, dan merasakan pergerakan janin. Mereka akan senang mendengarkan denyut jantung janin, dan mungkin mempunyai beberapa pertanyaan tentang cara bayi dikeluarkan dari perut
  • Mereka umumnya mengerti si bayi akan merupakan adik laki-laki atau perempuan dan sangat menunggu kehadiran bayi
  • Namun mereka mungkin mengharapkan bayi yang lahir langsung sudah dapat dibuat bermain dan sering kaget melihat betapa kecil dan tak berdayanya si bayi
  • Anak-anak yang telah sekolah akan mendapat keuntungan bila diikutsertakan dalam persiapan menyongsong bayi
  • Mereka sering senang mengukur besar dan perkembangan janin dan mencatat di kalender
  • Mereka tertarik untuk mempersiapkan tempat untuk bayi tidur dan mengumpulkan barang-barang keperluan bayi
  • Anak-anak ini harus diajak untuk merasakan pergerakan janin, dan banyak diantara mereka yang mendekat ke perut ibunya dan berbicara dengan si janin
  • Anak-anak yang lebih tua juga mendapat rasa tenteram dan menikmati waktu bersama orang tua
  • Anak-anak yang berumur 3 tahun pun akan mendapat keuntungan dari kelas-kelas (kelas khusus persiapan menjadi orang tua/parent education program) untuk persiapan sebagai kakak
  • Mereka diajak untuk membawa boneka sehingga mereka dapat belajar cara mengasuh bayi
  • Kelas-kelas ini juga merupakan kesempatan untuk dapat berdiskusi mengenai perubahan-perubahan dalam keluarga akibat adanya bayi yang baru
  • Dalam beberapa keadaan, anak berumur 3 tahun sudah diperbolehkan hadir saat persalinan
  • Bila anak yang muda ini akan hadir untuk peristiwa persalinan, mereka harus mengikuti kelas yang akan mempersiapkan mereka untuk peristiwa tersebut
  • Seseorang yang sudah dikenal harus hadir untuk dapat menerangkan apa yang sedang terjadi dan menenangkan mereka atau membawa mereka keluar ruangan kalau mereka takut

Remaja

  • Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka
  • Ada remaja yang malu karena kehamilan berarti ada hubungan seksual antara orang tua mereka
  • Mereka mungkin jijik melihat perubahan fisik ibu
  • Banyak remaja yang sangat larut dalam perkembangan mereka sendiri yang meliputi :

o Pengenduran ikatan kepada orang tua dan menghadapi perkembangan seksualitas mereka sendiri

o Mereka mungkin tidak peduli terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan mereka sendiri, namun ada remaja yang justru menjadi sangat terlibat dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar