adf.ly

Rabu, 13 April 2011

STREPTOCOCCUS

image 1. STREPTOKOKUS

Streptokokus adalah patogen penting karena banyak infeksi hebat yang disebabkannya dan karena komplikasi yang mungkin terjadi setelah sembuh dari infeksi akut itu. Komplikasi yang terjadi setelah infeksi streptokokus meliputi demam reumatik dan glomerulonefritis akut.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

Ciri-ciri Utama

Mikroba bersifat Gram-positif, bentuk kokus dengan penataan tunggal, berpasangan atau berantai. Lazimnya bersifat fakultatif anaerob, katalase-negatif dan fermentatif.

Mikroba ini banyak ditemukan di alam dan juga sebagai mikroba komensal pada hewan. Streptococcus yang bersifat patogen dapat ditemukan pada kulit, mukosa mebran, traktus genitalis dan saluran pencernaan.

Sifat Biakan

Beberapa galur Streptococcus hanya dapat tumbuh dalam keadaan anaerobik. Kelompok ini agak berbeda dengan Streptococcus lainnya yang lazimnya bersifat anaerobik oleh karena tidak dapat mensintesis senyawa “heme”. Kelompok Streptococcus anaerobik ini tidak dapat mensintesis sitokromdan dengan demikian tidak dapat melakukan fosforilasi oksidatif yang ditengahi oleh sitokrom-ETS. Berdasarkan sifat ini, maka untuk mengisolasi Streptococcus seringkali ditambahkan inhibitor sitokrom yaitu Na-azide.

Hemolisis

Daya kerja Streptococcus pada eritrosit kuda merupakan salah-satu dasar identifikasi kelompok ini. Pada umumnya galur yang bersifat patogen menghasilkan hemolisisn yang melisiskan eritrosit kuda. Ini disebut beta-hemolisis dan ditandai oleh zone terang disekeliling koloni pada biakan agar darah.

Pada kelompok vriridans akan terlihat hemofilis-alpha yang ditandai oleh perubahan warna kehijauan di sekitar kolonisetelah 18-24 jam bila diinkubasikan pada suhu 370 C. Bila Streptococcus kelompok ini kemudian diinkubasikan pada suhu yang rendah maka akan terlihat zone jernih di luar zone kehiajauan. Zone hijau ini tidak akan berubah warna meskipun diinkubasikan lebih lama.

Sifat hemolisis ini paling jelas terlihat pada koloni yang ditumbuhkan pada biakan agar tuang.

Infeksi Biogenik

Kelompok bakteri yang terutama menghasilkan nanah adalah staphylococcus, streptococcus dan corynebacterium. Bila bakteri piogenik merasuki jaringan maka akan terjadi proses peradangan yang ditandai dilatasi vaskuler dan peningkatan jumlah neutrofil dan plasma. Neutrofil akan melingkupi bakteri dengan proses fagositosis. Dalam proses fagositosis ini ada bakteri yang dihancurkan tetapi ada juga bakteri yang resisten terhadap enzim lisozim dan berkembang biak dalam neutrofil. Bakteri ini ada yang berbentuk toksin, sehingga menghancurkan neutrofil. Enzim yang dikeluarkan oleh neutrofil akan menyebabkan pencairan dari jaringan sel yang mati dan juga sel-sel fagosit. Sel dan jaringan yang mencair ini terlihat sebagai nanah yang kental dan bewarna kuning. Sifat kental dari nanah ini disebabkan deoksiribonukleoprotein dari inti sel yang rusak dan mati.

Berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi streptococcus dipengaruhi oleh port d’entrée, jenis hewan dan species streptococcus. Tiga macam penyakit yang memperlihatkan gejala yang berbeda ialah “strangles” pada kuda, “jowl abcesses” pada babi dan anthritis. Infeksi streptococcus biasanya bersifat setempat, namun demikian dapat terjadi kematian akibat septicemia atau bakteriaemia.

Produk Metabolisme Streptococcus

1. Asam hialuronat

Faktor virulensi yang memberikan perlindungan terhadap fagositosis.

2. Protein-M

Penyebab sifat virulen, “type-specific immunity”.

3. Hemolisin

Streptolisin O dan S adalah penyebab beta-hemolisis. Antibodi terhadap streptolisin O merupakan petunjuk yang baik terhadap adanya infeksi di masa lampau.

4. Streptokinase

Menyebabkan lisis dari gumpalan fibrin.

5. Streptodornase

Deoksiribonuklease yang menyebabkan sifat kental DNA berkurang. Bila Streptococcus mengandung enzim ini maka nanahnya akan bersifat encer.

6. Hialuronidase

Keterkaitan antara produksi enzim ini dengan virulensi terlihat pada infeksi oleh S. cellulitis.

7. Toksin eritrogenik

Menyebabkan “rash” pada scarlet fever. Hanya dihasilkan oleh galuur yang bersifat lisogenik.

Infeksi Streptokokus Hemolitis Β Kelompok A

1. Sakit tenggorokan streptokokus

Sifat-sifat klinis infeksi streptokokus bermacam-macam. Tipe yang paling sering adalah infeksi amandel dan faring. Pada anak-anak khususnya, sakit tenggorokan mungkin akut. Selaput lender biasanya merah dan membengkak, mengeluarkan nanah. Kelenjar limfa leher mungkin membesar dan suhu biasanya tinggi. Jumlah sel darah putih meningkat. Masa inkubasi bervariasi dari 1 sampai 3 hari. Epidemic penyakit ini biasanya sebagai akibat kontak dengan orang yang terinfeksi atau pembawa yang sehat. Studi epidemiologi menunujukan bahwa biasanya anak sekolah yang membawa infeksi ini ke rumah dan menyebabkannya dalam keluarga.

2. Impetigo

Impetigo (juga disebut pioderma streptokokus) adalah infeksi kulit yang terjadi paling sering pada anak-anak muda, terutama yang hidup dalam taraf sosioekonomi rendah yang padat. Impetigo streptokokus diciri dengan terjadinya lepuh kecil pada kulit yang kemudian membentuk kerak tipis berwarna kuning. Luka itu tidak sakit dan kesembuhan terjadi tanpa bekas.

3. Demam Skarlet

Demam skarlet mungkin disebabkan oleh tipe streptokokus kelompok apa saja, yang dapat menyekresi salah satu toksin eritrogen. Terdapat tiga tipe berbeda dari toksin ini yang juga disebut eksotoksin pirogen streptokokus yang masing-masing akan menyebabkan gatal kulit. Terdapat cukup data yang menyarankan bahwa gatal yang sebenarnya adalah akibat reaksi hipersensitivitas terhadap toksin. Jadi, demam skarlet adalah infeksi streptokokus (misalnya sakit tengggorokan) yang di dalamnya terlibat galur yang memproduksi toksin eritirogen. Kini diketahui bahwa seperti banyak bakteri yang memproduksi eksotoksin, streptokokus yang memproduksi toksin eritrogen bersifat melisogen dan produksi toksin adalah hasil lisogenisitasnya atau konversi lisogen. Streptokokus sendiri biasanya terbatas pada tenggorokan dan nasofaring, tetapi pada beberapa hal organisme ini mungkin menginvasi darah untuk menyebabkan infeksi streptokokus darah. Setelah mulainya sakit tenggorokan, biasanya gatal kulit demam skarlet muncul dalam 2 hari.

4. Infeksi streptokokus kelompok A lain

Puerperal sepsis (infeksi kelahiran) adalah infeksi uterus yang telah meminta banyak korban jiwa wanita setelah kelahiran. Untungnya, teknik asepsis telah mengeliminasi banyak infeksi tipe ini di Negara maju. Streptokokus mungkin juga tersebar ke rongga hidung dan telinga tengah.

Komplikasi Nonsupuratif Lambat

1. Demam reumatik

Demam reumatik terjadi pada sejumlah kecil persentase infeksi streptokokus kelompok A hemolitis β, yang tidak diobati. Kesembuhan dari demam reumatik terjadi tanpa kerusakan permanen pada persendian, tetapi keterlibatan jantung adalah bagian terpenting penyakit ini, karena dalam organ inilah kerusakan permanen mungkin terjadi. Mekanisme yang digunakan streptokokus untuk menimbulkan demam reumatik masih belum jelas, tetapi banyak bukti kejadian menunjukan bahwa demam reumatik adalah akibat reaksi imunologi.

2. Glomerulonefritis

Glomerulonefritislebih jarang sebagai akibat infeksi streptokokus daripada demam reumatik. Glomerulonefritis diperkirakan sebagai penyakit autoimun yang di dalamnya streptokokus itu memiliki atau menyintesis antigen yang bereaksi silang dengan membran dasar glomerulus ginjal atau streptokokus menyimpan kompleks antigen-antibodi pada membran dasar.

Pengobatan infeksi kelompok A

Penisilin masih merupakan antibiotika pilihan tetapi kebanyakan, para pakar menyetujui bahwa taraf penisilin tarapeutik harus dipertahankan untuk selama paling sedikit 8 sampai 10 hari untuk menjamin pemberantasan organisme seluruhnya. Terapi antibiotika yang intensif hanya menolong sedikit untuk memperpendek jalannya infeksi tenggorokan

 

DAFTAR PUSTAKA

Lay, Bibiana. W, dan Hastowo Sugoyo 1992. MIKROBIOLOGI. Jakarta : CV Rajawali.

Wheller dan Volk. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : P.T. Gelora Aksara Pratama

http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/12/bordetella-pertussis-batuk-rejan/

http://www.health.state.ny.us/diseases/communicable/legionellosis/fact_sheet.htm

http://www.cdc.gov/legionella/patient_facts.htm

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/148_16PemeriksaanSpesimenSerumDarah.pdf/148_16PemeriksaanSpesimenSerumDarah.html

http://www,wikipedia.org

Staf pengajar FK UI. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Binarupa Aksara. 1994.

http://www.bmb.leeds.ac.uk/mbiology/ug/ugteach/icu8/introduction/bacteria.html

http://www.who.int/immunization/REH_47_8_pages.pdf

http://emedicine.medscape.com/article/218271-overview

http://www.healthsystem.virginia.edu/UVaHealth/peds_infectious/hii.cfm

Staf pengajar FKUI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara: Jakarta

Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology. McGraw Hill

Staf pengajar FKUI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara: Jakarta

http://www.cdc.gov/ncidod/aip/research/spn.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Corynebacterium_diphtheriae

http://textbookofbacteriology.net/diphtheria_2.html

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar