Marah adalah :
Suatu perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap perasaan cemas yang dirasakan sebagai ancaman.
Tanda Marah meliputi :
1. Emosi
- Tidak aman
- Rasa terganggu
- Dendam
- Jengkel
2. Fisik :
- Muka merah
- Pandangan tajam
- Nafas pendek
- Keringat
- Sakit fisik
- Penyalahgunaan obat
- Tekanan darah naik
3. Spiritual :
- Kemahakuasaan
- Kebenaran diri
- Keraguan
- Tidak bermoral
- Kebejatan
- Kreativitas terhambat
4. Intelektual :
- Mendominasi
- Bawel
- Kasar
- Berdebat
- Meremehkan
5. Sosial :
- Menarik diri
- Pengasingan
- Penolakan
- Kekerasan
- Ejekan
- Humor
Proses Terjadinya Marah
Cara Mengatasi Marah Ada 2 Cara Yaitu :
1. Cara Umum
- Melakukan kegiatan fisik ( Olahraga)
- Mengurangi sumber marah ( Sikap keluarga yang lembut)
- Mendorong klien mengungkapkan marah
- Mememotivasi klien mengungkapkan marah yang kontruktif
- Menganjurkan melakukan ibadah menurut kepercayaan masing-masing
2. Cara Khusus
- Berteriak, menjerit, memukul ( Terima marah klien, arahkan klien memukul barang yang tidak rusak)
- Bantu klien latihan relaksasi
- Melakukan humor tanpa menyakiti orang lain
- Observasi ekspresi humor yang menjadi sasaran
Cara penyampaian : Ceramah
Sasaran tersuluh : Keluarga penderita
Jumlah yang tersuluh : 7 Orang
Lama penyuluhan : 60 Menit
Kegiatan evaluasi :
Pertanyaan
- Apakah diluar rumah baik , dilingkungan rumah baik bisa mengakibatkan depresi
- Apakah ketegangan turun bisa menimbulkan rasa bermusuhan.
- Apakah masa dewasa muda ,tetapi sering bermain dengan usui yang lebih kecil bisa berakibta fatal.
7 orang yang hadir yaitu :
1. Adi Prijono
2. Sudiono
3. Heru Dwi A
4. Ade Dian Liz
5. Kartini
6. Tonny Subagio
7. Setyawan
PERAN KELUARGA MENGHADAPI KLIEN YANG MENARIK DIRI
Masalah gangguan jiwa di Indonesia merupakan masalah yang sangat kompleks. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan pasien jiwa, adanya cap yang buruk terhadap klien gangguan jiwa menjadikan penderita bertambah sensara, dimana keadaan ini dapat berakibat menarik diri sehingga tidak mau berinteraksi dengan lingkungan.
Menarik Diri yaitu suatu keadaan dimana seseorang menarik diri dari dari sosial.
Ciri - ciri orang menarik diri :
1. Cuek, sedih, dan ekspresi muka kosong
2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi tidak kurang/kurang
4. Sering menunduk dan kontak mata tidak ada
5. Berdiam diri disuatu tempat dalam waktu lama
6. Tidak mau melakukan kegiatan sehari- hari
7. Nafsu makan kurang atau naik drastis
8. Tidur melungker
9. Sulit mengambil keputusan
10.Sikap mematung/cemas
Dalam menghadapi kondisi tersebut keluarga yang memiliki waktu kontak lebih banyak dengan klien hendaknya mampu melakukan tindakan , terlebih jika pasien sudah di rawat di rumah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Upayakan membina hubungan saling percaya dengan klien
2. Ajarkan klien berhubungan dengan orang lain
3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
4. Dengarkan setiap keluhan klien
5. Bantu klien dalam memenuhi nutrisinya
6. Libatkan klien dalam setiap kegiatan aktivitas kelompok
7. Puji atas keberhasilan klien
8. Jaga agar lingkungan rumah tetap harmonis
Cara penyampaian : Ceramah , Tanya jawab
Sasaran tersuluh : Keluarga penderita
Jumlah yang disuluh : 12 orang
Lama penyuluhan : 60 Menit
Kegiatan evaluasi :
Pertanyaan
- Bisakah klien sakit jiwa terobsesi dengan spiritual
- Apakah obat yang warnanya putih, biru, orange menimbulkan efek gemuk, dan jalan kecil-kecil
- Penyebab gangguan jiwa
- Penyembuhan klien sakit jiwa itu apakah sembuh dengan cara tradisional.
12 Orang yang hadir yaitu :
1. Marjoko
2. Ngatemo
3. Adi Prijono
4. Sudiono
5. Hadi S
6. Kusmiarto
7. Agung
8. Edy S
9. Tudji
10. Ibu Sudarma
11. Dalimin
12. Sience
PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG DERAJAT DEHIDRASI PADA ANAK DIARE TERHADAP PERCEPATAN WAKTU DIBAWA KE RUMAH SAKIT DI RUANG MENULAR ANAK RSUD DR SOETOMO SURABAYA
1. Latar Belakang
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama baik ditinjau dari segi kesakitan maupun kematian yang ditimbulkannya. Di Indonesia ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian diare setiap tahunnya dan 70-80 % dari penderita ini adalah anak balita ( 40 Juta), dari data tersebut diatas 1-2 % jatuh kedalam dehidrasi yang apabila tidak segera diatasi dengan pengobatan dan perawatan yang baik 50-60 % akan meninggal (350-500 anak balita setiap tahunnya, FKUI, 1994).
Dari survai kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukan bahwa kematian bayi akibat diare sebanyak 13 %, dan kematian anak usia 1-4 tahun sebanyak 5 %. Angka kejadian di tahun 1999 jumlah kasus 762 orang, urutan pada bayi sebanyak 573 kasus yang meninggal 14 orang, urutan anak umur 1-4 tahun sebanyak 189 kasus dari data Ruangan Menular RSUD DR SOETOMO.
Menurut Batunahal P.P Gultum (1982) meskipun penyebab diare/dehidrasi telah diketahui tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah kurangnya engetahuan orang tua tentang diare/dehidrasi, disamping faktor lain yaitu sosial ekonomi, sarana dan prasarana, tranportasi serta status gizi yang menyebabkan keterlambatan membawa anaknya ke pelayanan kesehatan.
Terkait dengan upaya pencegahan diare pengetahuan orang tua sangat penting untuk ditingkatkan terutama mengenai gejala awal diare. Salah satunya dengan cara penyuluhan, dan peampaian informasi melalui media massa. Agar penyuluhan dapat efektif maka pelaksanaannya harus didasarkan pemahaman tentang ilmu, kepercayaan dan sosial budaya dimasyarakat. Pengetahuan yang dimiliki akan memberikan motivasi untuk mencari pertolongan dan pengobatan diluar rumah. Orang tua harus mengetahui bahwa ia harus segera membawa anaknya berobat jika anaknya tidak bertambah baik kondisinya.
Dari uraian diatas bahwa pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi pada anak diare terhadap percepatan di bawa masuk ke RS, sehingga diharapkan hasil riset ini dapat memberikan masukan kepada perawat khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan keluarga.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan pertanyaan permasalahan penelitian sebagai berikut :
Apakah ada hubungan pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi pada anak diare terhadap percepatan waktu di bawa ke RS.
3. Tujuan
3.1 Tujuan Umum
Untuk mempelajari seberapa jauh pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi pada anak diare terhadap percepatan waktu di bawa ke RS
3.2 Tujuan Khusus
3.2.1 Untuk mengidentifikasi pengetahuan orang tua tentang timbulnya dehidrasi pada anak diare.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Dapat melakukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi, sehingga mereka tahu saat harus membawa anaknya ke RS.
4.2 Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi atau kematian akibat diar.
4.3 Membantu program-program yang berupaya mencegah dan menekan kejadian diare.
5. Relevensi
Tingginya angka kematian balita akibat diare disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya pengetahuan orang tua yang kurang tentang derajat dehidrasi, permasalahnnya tersebut sangat relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dimana orang tua harus mengetahui tentang derajat dehidrasi, dan termotivasi untuk mencari pertolongan di luar rumah, karena akan membantu untuk mendeteksi secara dini timbulnya derajat dehidrasi. Penanganan yang cepat dan tepat terhadap diare akan menurunkan angka kematian dan kesakitan.
6. Tinjauan Pustaka
Tinjaun pustaka akan menguraikan mengenai konsep pengetahuan, konsep diare, konsep dehidrasi, dan faktor yang mempengaruhi keterlambatan membawa anak ke RS.
6.1 Konsep Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek (Notoadmodjo, 1997). Dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Menurut Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :
a. Awareness (kesadaran)
b. Interest ( merasa tertarik ) terhadap stimulasi atau obyek tersebut.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulas tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana subyek sudah melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki stimulus.
e. Adoption, dimana subyek sudah telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulas.
Dalam penelitian seslanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan prilaku tidak selalu melewatin tahap-tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan prilaku melalui proses-proses tersebut, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif,maka prilaku tersebut akan langgeng, dan sebaliknya apabila tidak didasri oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan langgeng.
6.1.1 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu, diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangkaian yang telah diterima.
b. Memahami , diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara beanar.
c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.
d. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lian.
e. Sintesis, dimana menuju kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesa ini adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi, dimana evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penlian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui ata diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas. (dikutip dari Notoatmodjo, IKM 1997).
6.2 Konsep Diare
6.2.1 Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi BAB lebih dari 4 kali pada bayi, dan lebih 3 kali pada anak dalam waktu 24 jam, konsistensi faeses encer/cair, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 1997).
6.2.2 Macam diare
a. Akut : terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.
b. Berkepanjangan : berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Kronik : berlangsung lebih dari 14 hari.
6.2.3 Penyebab
Dibagi dalam beberapa faktor antara lain :
a. Infeksi
b. Malabsorpsi
c. Makanan
6.2.4 Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare meliputi :
a. Gangguan Osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
b. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu misalnya toxin pada dinding usus akan tearjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus terjadi peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usu, akibat hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare pula. ( dikutip dari : Staf Pengajar IKA FKUI, 1988).
6.2.5 Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi
a. Kehilangan air dan elektrolit yang dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa. (Metabolik Acidosis).
b. Hypoglikemimia.
c. Gangguan status gizi.
d. Gangguan sirkulasi.
6.2.6 Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi beberapa hal yaitu :
a. Dehidrasi ( Ringan , Sedang, Berat ).
b. Renjatan Hipovolemik.
c. Hipokalemi
d. Hipoglikemi
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa usus.
6.3 Konsep Dehidrasi
6.3.1 Pengertian
Dehidrasi adalah ketidakseimbangan fisiologi cairan dan elektrolit yang disebabkan oleh kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar karena diare, muntah, keringat, dan lain- lain ( Dep. Kes. RI, 1990).
Berdasarkan gejala klinis ada 3 yaitu :
a. Dehidrasi Ringan ( kehilangan BB 5 %) gejala : tugor kulit menurun, fontanella cekung, mulut kering, sangat haus, oliguria jelas, mata sedikit cekung, penurunan tekanan intraokuler (Dikutip dari Gaarry Hambelton, 1995)
b. Dehidrasi Sedang (kehilangan BB 6-9 % ) gejala : sangat haus, kulit kering, tidak elastis, mata sangat cowong , apatis, gelisah, tekanan intraokuler sangat menurun.
c. Dehidrasi Berat (kehilangan BB > 10 % ) gejala : syndrom renjatan, vasokontriksi perifer, hipotensi sianosis, hiperpireksia, asidosis ( Dikutip dari Garry Hawbelton, 1995)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar