adf.ly

Sabtu, 26 Maret 2011

FARMAKOLOGI

Perkembangan sejarah obat

Obat ialah semua zat kimiawi, hewani maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-gejalanya

Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan sebutan obat tradisoanal (jamu).

Definisi dan pengertian

Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mepelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup.

(bahan kuliah dan makalah kesehatan)

1. Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat-zat aktifnya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.

2. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal.

3. Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorpsi dari usus, transport dalam darah dan distribusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain.

4. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjannya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya.

5. Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat berhubungan erat dengan efek toksisnya.

6. Farmakoterapi, mempelajri penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya.

7.

Tiga golongan besar obat-obat yang digunakan pada terapi :

1. Obat farmakodinamis, yang berkerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokomia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom.

2. Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah.

3. Obat diagnostik, merupakan obat pembantu untuk melaksanakan diagnosis

OBAT GENERIK

Obat generik dikenal dari karakter obat jadinya yang bersifat umum tanpa adanya ikatan kemilikan, tetapi tetap harus senantiasa memenuhi ketetapan peraturan perundang-undangan, baik ketentuan, pengertian, criteria, dan persyaratannya.

Obat generik tidak memiliki hak kemilikan, kecuali jika obat generik itu dijual dan diedarkan menggunakan nama dagang. Oleh karena itu, obat generik dapat diusaha-dagangkan oleh siapa saja, tanpa adanya ikatan kemilikan oleh/dari siapapun, dalam arti obat generik dapat diusaha-dagangkan secara bebas.

ASPEK-ASPEK BIOFARMASI

Biofarmasi adalah ilmu yang bertujuan mempelajari pengaruh-pengaruh pembuatan sediaan farmasi terhadap efek terapeutik obat. Sekitar tahun 1960 para ahli mulai sadar bahwa efek obat tidak hanya tergantung pada faktor farmakologi, melainkan juga pada bentuk pemberian dan terutama pada faktor formulasinya.

Faktor-faktor formulasi yang dapat merubah efek obat dalam tubuh :

1. Bentuk fisik zat aktif (amorf atau kristal, kehalusannya).

2. Keadaan kimiawi (ester, garam, garam kompleks dsbnya).

3. Zat-zat pembantu (zat pengisi, pelekat, pelicin, pelindung dan sebagainya).

Proses teknik yang digunakan untuk membuat sediaan

Sebelum obat yang diberikan kapada pasien tiba pada tujuannya dalam tubuh, yaitu tempat kerjanya atau reseptor, obat harus mengalami beberapa proses. Secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi dalam tiga tingkat yaitu :

1. Fasa biofarmasi

2. Fasa Farmakokinetik.

3. Fasa Farmakodinamik

Cara-cara pemberian Obat

Efek Sistemis

1. Oral

1. Pemberiannya melalui mulut

2. Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis.

3. Tidak dapat diterapkan untuk obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofillin) atau yang diuraikan oleh getah lambung (banzil penesilin, insulin, dan oksitosin).

4. Dapat terjadi inaktivitasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya.

5. Digunakan untuk mencapai efek lokal dalam usus misalnya untuk obat cacing, dan obat diagnostik untuk pemotretan lambung-usus.

6. Pemberian antibiotik untuk sterillisasi lambung-usus pada infeksi atau sebelum operasi.

2. Oromukosal

Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :

Sub Lingual :

1. Obat ditaruh dibawah lidah

2. Terjadi resorpsi oleh selaput lendir ke vena-vena lidah yang sangat banyak.

3. Obat langsung masuk peredaran darah tanpa melalui hati (tidak di-inaktifkan).

4. Efek yang diinginkan tercapai lebih cepat.

5. Efektif untuk serangan jantung, asthma.

6. Kurang praktis untuk digunakan terus menerus karena dapat merangsang selaput lendir mulut.

7. Bentuk tablet kecil contoh Isosorbid tablet.

Bucal :

Obat diletakkan diantara pipi dan gusi.

3. Injeksi

Adalah pemberian obat secara parenteral, yaitu di bawah atau menembus kulit / selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk :

1. Memberikan efek obat dengan cepat.

2. Terutama untuk obat-obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung.

3. Diberikan pada pasien yang tidak sadar, atau tidak mau bekerja sama.

4. Keberatan pada pasien yang disuntik (sakit) dan mahal, sulit digunakan.

5. Ada bahaya infeksi, dapat merusak pembuluh atau saraf.

Macam-macam jenis suntikan

1. Subkutan/hipodermal (s.c)

Penyuntikan dibawah kulit, hanya untuk obat yang tidak merangsang dan larut baik dalam air atau minyak, efeknya agak lambat dibandingkan cara i.m atau iv, mudah digunakan sendiri contohnya suntikan insulin.

2. Intra muscular (i.m).

Penyuntikan dilakukan dalam otot, resorpsi obat berlangsung 10 – 30 menit untuk memperpanjang kerja obat sering dipakai larutan atau suspensi dalam minyak. Tempat injeksi otot pantat atau lengan atas.

3. Intra Vena (i.v).

Penyuntikan dilakuakan didalam pembuluh darah, efeknya paling cepat (18 detik) karena benda asing langsung dimasukkan ke dalam aliran darah, sehingga mengakibatkan reaksi-reaksi hebat seperti turunnya tekanan darah secara mendadak shock dan sebagainya. Infus intravena dengan obat sering dilakukan dalam rumah sakit pada keadaan darurat, atau dengan obat yang cepat metabolismenya dan ekskresinya guna mencapai kadar plasma tetap tinggi. Bahaya trombosis terjadi bila infus dilakukan terlalu sering pada satu tempat.

4. Intra Arteri (i.a)

Penyuntikan kedalam pembuluh nadi, dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada penderita kanker hati.

5. Intra Cutan (i.c).

Penyuntikan dilakukan didalam kulit, absorbsi sangat perlahan misalnya tuberculin test dari Mantoux.

6. Intra lumbal

Penyuntikan dilakukan kedalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang) misalnnya anestetika umum.

7. Intra Peritonial.

Penyuntikan ke dalam ruang selaput (rongga) perut.

8. Intra cardial.

Penyuntikan kedalam jantung.

9. Intra Pleural

Penyuntikan kedalam rogga pleura.

10.Intra articuler.

Penyuntikan kedalam celah-celah sendi.

4. Implantasi

Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan dibawah kulit dengan alat khusus (trocar). Terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testosteron). Akibat resorpsi yang lambat satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3-5 bulan.

5. Rektal

Pemberian obat melalui rektal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak oleh asam lambung.

Contoh :

· Suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal mis wasir.

· Salep yang dioleskan pada permukaan rektal hanya mempunyai efek lokal.

6. Transdermal

Cara pemakain melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan kontinyu masuk ke dalam sistem peredaran darah, langsung ke jantung.

Umumnya untuk gangguan jantung misalnya Angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam contohnya Nitrodisk dan Nitroderm TTS (Therapeutik Transdermal System), dan preparat hormon.

Cara-cara pemberian Obat

Efek Lokal (pemakaian setempat)

1. Kulit (Percutan).

Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit, bentuk obat salep, cream, dan lotio.

2. Inhalasi.

Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan, dan pernafasan. Contoh : Bentuk sediaan gas, zat padat atau aerosol.

3. Mukosa Mata Dan Telinga.

Obat diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan efek.

4. Intra vaginal

Obat diberikan melalui selaput lendir atau mukosa vagina, biasanya berupa obat anti fungi dan pencegah kehamilan. Dapat berbentuk ovula, salep, cream, dan cairan bilas.

5. Intranasal.

Obat diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput atau mukosa hidung yang mebengkak, contohnya Otrivin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar